RAMBATKAN AKARMU DI TEPI SUNGAI ANUGERAH-NYA
Pada usia 17 tahun Joni Eareckson Tada mengalami kecelakaan saat ia menyelam di Teluk Chesapeake, Maryland, Amerika Serikat pada tahun 1967. Ia salah memperkirakan kedalaman air dan menyelam di tempat yang terlalu dangkal, sehingga kepalanya membentur dasar laut sehingga menyebabkan cedera tulang belakang yang mengakibatkan kelumpuhan total dari leher ke bawah. Gadis itu merasa hidupnya telah berakhir. Ia yang dulu aktif dan penuh mimpi, pada akhirnya harus bergantung sepenuhnya pada orang lain. Dalam keputusasaannya Joni sempat bertanya, “Mengapa, Tuhan?” Namun dalam perjalanan imannya, Joni menemukan bahwa anugerah Tuhanlah yang menopangnya. Alih-alih menyerah, ia justru belajar melukis dengan mulut, menulis buku, dan menjadi suara bagi para penyandang disabilitas. Ia berkata, “God sometimes allows what He hates to accomplish what He loves.” (Tuhan terkadang mengizinkan apa yang Dia benci untuk mencapai apa yang Dia kasihi.)
Kisah Joni mengingatkan kita bahwa dalam kelemahan, kita bisa menemukan kekuatan sejati. Rasul Paulus juga mengalami “duri dalam daging”, suatu penderitaan yang tidak diangkat oleh Tuhan meskipun ia sudah berkali-kali berdoa. Namun, ia justru mendapatkan Tuhan berkata, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Maka Rasul Paulus melanjutkan, ”Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12:9, TB). Ketika kita menghadapi penderitaan, keterbatasan, atau situasi yang tampaknya menghancurkan hidup kita, ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan. Akar iman kita harus terus menjulur ke sumber kehidupan, yaitu anugerah-Nya. Sama seperti pohon yang merambatkan akarnya ke tepi sungai untuk mendapatkan air, kita perlu terus bersandar pada Tuhan, karena hanya dari-Nya kita mendapatkan kekuatan untuk bertahan dan berbuah dalam segala keadaan. Kelemahan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kesempatan bagi Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya. Jika kita bersandar kepada-Nya, kita akan menemukan bahwa kasih karunia-Nya cukup bagi kita setiap hari. Ingatlah sebuah kalimat bijak yang mengatakan,”Wit kang ora ngoyot ing banyu bakal garing. Semono uga wong kang nyedhak marang Gusti bakal nemu banyu kauripan kang tanpa kendhat.”. (Pohon yang tidak berakar di air akan mengering. Demikian juga orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan akan menemukan air kehidupan yang tiada habisnya). (sTy)