SUKACITA DALAM RELASI DENGAN ALLAH
Helen Keller, seorang tunanetra dan tunarungu, pernah berkata, “Kebahagiaan sejati tidak bergantung pada keadaan luar, melainkan berasal dari keadaan batin.” Meski hidupnya penuh keterbatasan namun Helen Keller menemukan sukacita dalam hubungannya dengan Tuhan dan orang-orang di sekitarnya. Ia percaya bahwa setiap tantangan yang dihadapinya merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam keterbatasan, ia menemukan makna hidup yang mendalam.
Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya sebagaimana tercatat dalam Yohanes 16:11b (TB) “… karena penguasa dunia ini telah dihukum.”. Itu merupakan pernyataan kemenangan bahwa kuasa kegelapan telah dikalahkan oleh karya Kristus di atas kayu salib, maka hubungan kita dengan Allah memberi kita penghiburan dan sukacita yang melampaui keadaan duniawi. Sukacita dalam hubungan dengan Allah tidak bergantung pada situasi yang kita hadapi. Sama seperti Helen Keller yang menemukan damai dalam keterbatasannya, kita pun dapat merasakan sukacita sejati saat kita menyadari bahwa Allah telah mengalahkan segala sesuatu yang berusaha memisahkan kita dari-Nya. Sukacita ini merupakan anugerah yang diberikan kepada mereka yang percaya kepada-Nya dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Dalam setiap pergumulan, kita dipanggil untuk kembali mengingat bahwa Tuhan Yesus telah menang. Hubungan kita dengan Allah bukan hanya membawa pengampunan, tetapi juga mengisi hati kita dengan damai yang melampaui segala pengertian. Hubungan yang erat dengan Allah membawa sukacita yang tidak tergantung pada keadaan duniawi. Saat kita menyadari bahwa kuasa kegelapan telah dikalahkan, kita dapat hidup dalam damai dan menjadi saluran sukacita bagi dunia di sekitar kita. (sTy)