PELUANG DALAM TANTANGAN
Saudaraku, hal negatif akan selalu membekas dalam memori manusia. Tak heran manusia seringkali susah untuk keluar dari cengkeraman masa lalu, rasa trauma terhadap sebuah situasi atau terhadap seseorang. Namun sejarah gereja mencatat daya lenting gereja mula-mula yang mengagumkan dalam menghadapi tekanan. Mari renungkan Kisah Para Rasul 11:19-30.
Orang-orang yang percaya Yesus dipaksa keluar dari Yerusalem, keluar dari zona nyaman. Mendadak setelah gugurnya Stefanus, mereka masuk dalam Daftar Pencarian Orang dan dikejar-kejar untuk dikriminalisasi. Mencekam. Menakutkan. Traumatis. Mereka melarikan diri dari Yerusalem, ‘surga rohani’ mereka dan tersebar ke berbagai tempat hingga Fenisia, Siprus dan Antiokhia. Walau menakutkan karena dikejar, orang-orang percaya tetap mengabarkan Injil dan membuka pos pekabaran Injil. Bahkan mereka juga menjadikan kata Kristen yang tadinya digunakan untuk memberikan label negatif kepada mereka, malah dipakai menjadi identitas sampai saat ini. Ada optimisme dan daya lenting yang baik dalam diri orang Kristen mula-mula yang harus terus diwariskan. Daya lenting adalah kemampuan untuk merespon tantangan dan trauma dengan cara yang sehat dan produktif. Orang Kristen awal tak dihentikan dengan rasa taruma dan ketakutan menghadapi kesulitan. Bukannya mereka tidak takut dengan tekanan yang dihadapi karena faktanya mereka melarikan diri karena merasa tidak aman lagi di Yerusalem. Namun mereka tidak tenggelam dalam ketakutan dan segera bangkit untuk mengabarkan Injil walau dengan resiko yang sama. Apa yang menyebabkan mereka memiliki daya lenting ? Kasih Karunia. Mereka tak berhenti untuk mewartakan kabar baik karena mereka sadar bahwa mereka sudah menerima kasih karunia dari Allah. Kesadaran inilah yang membuat mereka tak berhenti mengabarkan kabar baik di manapun mereka berada. Daya lenting dapat terwujud kalau manusia sudah sampai pada tingkat kesadaran dari apa yang dia yakini.
Menjadi Kristen saat ini tak lebih mudah dari masa gereja awal. Memang orang kristen tak lagi dikejar untuk dikriminalisasi (setidaknya di daerah yang toleran), namun orang Kristen sering berhadapan dengan situasi yang seringkali traumatis dan menakutkan bagi mereka. Kondisi ekonomi yang terus berubah, kebijakan yang kadang tak berpihak pada rakyat dan situasi sosial etis yang makin parah, dapat membuat seseorang terjatuh dan merasakan tekanan hidup. Namun sebagaimana gereja mula-mula, mari miliki daya lenting yang bersumber dari Tuhan sendiri. Hanya Tuhan yang mampu menopang anak-anakNya, sebagaimana Mazmur 37:24 mengatakan bahwa,”Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya, apabila ia jatuh tak sampai tergeletak sebab Tuhan menopang tangannya.” Mari terus memandang kepada kasih karunia Allah dan bangkitlah kembali saat tekanan hidup mencengkeram. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)