+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

Saat Kesulitan Menjadi Jalan Menuju Harapan

Saat Kesulitan Menjadi Jalan Menuju Harapan

Tahun 2024 hampir berakhir, dan menjelang Natal  dengan kesibukan persiapan merayakan Natal, ada banyak hati yang merasa berat. Dunia seakan tak pernah kekurangan masalah, dan tahun demi tahun kita menyaksikan begitu banyak orang berjuang dengan kesulitan hidup. Mungkin Saudara atau orang yang Saudara kenal tengah bergumul dengan sakit penyakit yang tak kunjung sembuh, kehilangan orang terkasih, beban pekerjaan yang menumpuk, atau mungkin masalah keluarga yang tak pernah selesai. Tak jarang, di tengah semua ini, kita merasa seolah-olah perayaan yang dirayakan dunia tak lagi relevan dengan kenyataan yang kita hadapi.

Di tengah keramaian persiapan Natal, yang menyajikan harapan dan sukacita, banyak hati yang merasa hampa, seakan berlarut dalam kekosongan dan kesedihan. Ada perasaan bahwa harapan itu semakin menjauh, sementara kesulitan dan penderitaan seakan tak kunjung berhenti. Jika Saudara merasa seperti ini,Saudara tidak sendirian.

Namun, dalam setiap masalah hidup yang kita hadapi, Alkitab memberikan sebuah pandangan yang mungkin terkesan terbalik dan mengejutkan. Roma 5:3-4 berkata, “Dan bukan hanya itu saja, kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menghasilkan ketekunan; dan ketekunan menghasilkan tahan uji, dan tahan uji menghasilkan pengharapan.”

Itu merupakan suatu paradoks yang sulit diterima oleh akal sehat manusia. Mengapa kita harus “bermegah” dalam kesengsaraan? Bukankah kita seharusnya menghindarinya, atau setidaknya mengeluh tentangnya?

Pernyataan Rasul Paulus dalam surat itu menyadarkan kita akan kenyataan yang lebih dalam tentang bagaimana Tuhan melihat kesulitan hidup kita. Dia tidak menjanjikan hidup tanpa masalah, tetapi Dia menjanjikan bahwa setiap kesulitan, setiap kesengsaraan, bukanlah akhir dari segalanya.

Sebaliknya, masalah itu adalah bagian dari proses pembentukan karakter yang menghasilkan ketekunan dan ketahanan. Seperti logam yang ditempa dalam api untuk menghilangkan kotoran, begitu pula kesengsaraan kita dipakai Tuhan untuk menyempurnakan iman kita. Pada akhirnya, ketekunan yang teruji akan menghasilkan pengharapan, dan harapan yang tidak pernah mengecewakan.

Kita bisa melihat contoh nyata dari orang-orang yang melewati berbagai ujian hidup dan tetap teguh dalam iman. Misalnya, banyak keluarga yang menghadapi kesulitan ekonomi namun tetap bersyukur, terus berdoa, dan menjaga harapan mereka. Beberapa bahkan menemukan kembali tujuan hidup mereka dalam melayani sesama. Mereka mengajarkan kita bahwa, meskipun situasi tidak berubah secara instan, ada suatu kekuatan yang muncul dalam diri mereka: sebuah ketekunan yang meneguhkan, dan akhirnya, pengharapan yang memberi mereka kedamaian di tengah badai.

Saudaraku, di dunia yang semakin cepat dan penuh dengan tekanan, kita seringkali merasa terbebani. Di media sosial, kita melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna, penuh dengan kebahagiaan dan kesuksesan. Namun kenyataannya, setiap orang memiliki pergumulannya masing-masing, bahkan meskipun mereka tidak memperlihatkannya. Saat kita melihat kehidupan yang tampak lebih mudah bagi orang lain, kita sering kali tergoda untuk mempertanyakan, “Mengapa saya harus mengalami semua ini?”

Namun, jika kita membuka hati untuk mendengar, kita akan menyadari bahwa setiap kisah kehidupan, meskipun berbeda, memiliki pelajaran yang serupa: Kesulitan dan penderitaan bukanlah akhir, tetapi jalan menuju pemulihan dan harapan yang lebih besar.

Pada saat kita akan merayakan Natal dan mempersiapkan tahun baru, kita diingatkan bahwa Yesus, yang datang ke dunia sebagai bayi di palungan, juga menjalani hidup yang penuh dengan tantangan dan penderitaan. Kesulitan hidup-Nya, penderitaan-Nya, bahkan kematian-Nya di kayu salib, membawa bagi dunia ini pengharapan yang tak tergoyahkan.

Sesungguhnya natal bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang mengingat bahwa Yesus datang untuk memberi kita pengharapan di tengah kegelapan, bahkan ketika segala sesuatu tampak tidak pasti.

Saudaraku, tahun baru yang akan datang adalah kesempatan baru untuk melihat hidup dengan perspektif yang berbeda. Mungkin Saudara sedang berada dalam lembah yang dalam, tetapi di sana, di dalam kegelapan itu, ada cahaya yang bersinar, cahaya pengharapan yang tidak tergantung pada keadaan dunia, tetapi pada janji Tuhan. PENGHARAPAN ini tidak sekadar optimisme, tetapi keyakinan bahwa Tuhan bekerja dalam segala sesuatu, termasuk dalam kesulitan dan kesengsaraan kita.

Sebagai orang percaya, kita diajak untuk mengubah cara pandang kita terhadap kesulitan. Bukannya menghindarinya atau menyerah pada keputusasaan, kita dipanggil untuk melihat setiap kesulitan sebagai bagian dari proses pembentukan iman yang lebih kuat.

Ketekunan yang kita bangun dalam menghadapi kesulitan akan menghasilkan buah pengharapan, Pengharapan yang tidak hanya memberi kita kekuatan untuk bertahan, tetapi juga mengubah kita menjadi pribadi yang lebih matang, lebih penuh kasih, dan lebih bergantung pada Tuhan.

Saudaraku, saat tahun baru tiba, mari kita berani untuk menghadapinya dengan sikap yang baru: dengan hati yang penuh harapan, dengan iman yang lebih teguh, dan dengan keyakinan bahwa kesulitan yang kita hadapi hari ini akan menjadi saksi bagi pengharapan yang lebih besar di masa depan. Yakinlah dalam setiap langkah kita, kita tidak pernah berjalan sendirian. Tuhan yang mengiringi kita adalah sumber harapan yang tidak akan pernah mengecewakan. (EBWR)

Leave a Reply