+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

MEMBUAT BUTA MATA

MEMBUAT BUTA MATA

Hukuman dengan membuat mata menjadi buta tercatat di kitab 2 Raja-raja 25:5-7. Tentara Kasdim mengejar raja dari belakang dan mencapai dia di dataran Yerikho; segala tentaranya telah berserak-serak meninggalkan dia. Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babel di Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia. 

Sebelum mata Raja Zedekia dibutakan atau dibuat buta, kita membaca Zedekia berumur 21 tahun dan menjadi raja di Yerusalem selama 11 tahun. Setelah dikepung tentara Nebukadnezar hampir selama 2 tahun, kelaparan merajalela dan tidak ada lagi makanan, rakyat membelah tembok kota dan melarikan diri, termasuk Zedekia. 

Ternyata Zedekia tertangkap, dia harus melihat anak-anaknya disembelih tentara Nebukadnezar, kemudian matanya dibuat buta.   Di akhir hidhupnya,  Zedekia  hanya menyaksikan rakyat kelaparan, kepiluan anak-anaknya disembelih, dan kemudian dia tidak bisa melihat apa pun, karena matanya dibuat buta, dibelenggu dan digelandang ke Babel dengan rantai tembaga yang berat.

Saudaraku, hukuman membuat mata buta juga dialami Simson (Hakim-Hakim 16). Setelah dibuat mabuk asmara oleh Delila, diajak tidur, ternyata Simson digunduli hingga lambang kekuatannya lenyap. Ketika terbangun Simson tidak sadar bahwa Tuhan telah meninggalkan dia, dengan mudah ditangkap orang Filistin, mencungkil kedua matanya dan diborgol dengan dua rantai tembaga, kemudian dalam kondisi buta dimasukkan penjara dan memutar kilangan gandum yang biasa dilakukan oleh sapi. . 

Memang membuat mata seseorang menjadi buta merupakan suatu kebiasaan yang sering dilakukan para penguasa terhadap musuh-musuhnya. Bukan saja di zaman Filistin, Babel, bahkan di zaman Kerajaan Yunani dan Romawi hukuman yang kejam ini dilaksanakan. 

Di Google kita membaca, dalam pertempuran Kleidon tahun 1014, Kaisar Bizantium Basil II menangkap beberapa ribu tentara Bulgaria, dikelompokkan per 100 orang dan membutakan 99 orang di setiap kelompok. Satu orang tawanan terakhir hanya memiliki satu mata yang dicungkil, dan diperintahkan untuk memimpin teman-teman mereka yang buta kembali ke asal kota kerajaannya.

Belum seratus tahun lalu Hitler dan komandan-komandannya yang tidak berperikemanusiaan menyembelih jutaan tawanan di kamp-kamp konsentrasi dengan cara dijadikan sebagai berbagai percobaan, penggunaan gas racun, zat kimia berbahaya, uji coba peluru, juga tubuh yang dipretelin hidup-hidup untuk diteliti.

Saudaraku, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945 mulailah negara-negara membahas tentang perlakuan terhadap tawanan perang. Pada tanggal 12 Agustus 1949 menghasilkan “Konvensi Jenewa mengenai Perlakuan terhadap Tawanan Perang”, dalam Bagian II GENERAL PROTECTION OF PRISONERS OF WAR Artikel 13 menyebutkan tawanan perang harus selalu diperlakukan secara manusiawi …. Secara khusus, tawanan perang tidak boleh dijadikan sasaran mutilasi fisik atau percobaan medis atau ilmiah dalam bentuk apa pun yang tidak dibenarkan … dan seterusnya.

Ada kesepakatan oleh PBB, tapi dalam kurun 50 tahun sesudahnya, bahkan hingga kini, terjadi berbagai perang, kerusuhan rasial, dan lain-lain dan tetap ada perlakuan yang sangat kejam terhadap musuh dan para tawanan.

Saudaraku, Festo Kivengere, seorang pemimpin Anglikan Uganda pernah ditanya oleh seorang wartawan, “Apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda duduk di hadapan Idi Amin, sang diktator kejam itu, dengan sepucuk senjata di dekat Anda?” Jawaban yang muncul kemudian sungguh mengejutkan, karena Festo berkata bahwa ia akan memberikan senjata itu kepada Idi Amin, sambil berujar, “Saya rasa senjata ini seharusnya milik Anda. Senjata saya adalah KASIH.”

Tuhan berbicara kepadaku melalui surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, yang terdapat di surat Roma 12:17-21. Khususnya surat Roma 12:17 dan 21 sangat kuat menggema di hatiku:  “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”

Kejahatan tampak menarik pada awalnya, bahkan memuaskan jiwa manusia yang melakukannya. Namun, dampak yang dihasilkan oleh TINDAKAN KASIH  jauh melebihi kesenangan atau kepuasan semu yang dihasilkan oleh perbuatan jahat. Orang yang bijak tak hanya memahami perkara ini, tetapi sanggup memutuskan untuk MENJAUHI KEJAHATAN  dari hidupnya. 

Saudaraku, ketika kita harus memilih berbuat jahat atau mengasihi, PILIHLAH MENGASIHI ORANG LAIN! (Surhert).

Leave a Reply