U L E (2)
Ini cerita tentang ULE atau Uang Layak Edar yang lain, yakni Si Rp50.000. Dibuat dari bahan serat kapas. Ada gambar desain uang yang rumit. Ada gambar Pahlawan Nasional, ada berbagai fitur pengaman seperti tinta yang tahan lama, cetakan khusus yang disebut 3-D yang dapat dilihat, diraba, dan diterawang, lalu ada nomor seri yang dicetak secara khusus.
Yang terutama, penerbitan uang memiliki tujuan sebagai alat penukar atau alat pembayar dan pengukur harga, yang mendukung tujuan bernegara yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur. Karena itu di atas uang disematkan gambar lambang negara “Garuda Pancasila” sebagai bentuk simbol kedaulatan negara dan identitas nasional. Juga ada tulisan misi: “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia Mengeluarkan Rupiah Sebagai Alat Pembayaran Yang Sah Dengan Nilai Lima Puluh Ribu Rupiah”.
Sejak kinyis-kinyis dari Bank Indonesia Jakarta dikirim ke BI Surabaya lalu diedarkan di bank-bank setempat dan masuk mesin ATM. Pas ada pedagang di Pasar Atom mengambil di ATM, masuk dompet ditekuk, agak lama, tapi kemudian diberikan sebagai uang kembalian ke pembeli. Maka berputarlah Si Rp50.000 dari tangan ke dompet ke saku ke dashboard mobil, kantong celana, eh dibawa sopir bus ke Madiun, dibelikan pecel, lalu dibawa orang lagi jalan keliling, naik dokar, naik mobil, akhirnya tiba di Pasar Klewer Solo,dikaretin tiap seratus lembar, disetorkan ke salah satu bank. Karena Si Rp50.000 masih bagus dan masuk kategori ULE, dia dapat dengan mudah dihitung dan keluar dari mesin ATM. Kali ini diambil calon ART yang hendak berangkat jadi TKW di Singapura.
Si Rp50.000 katut terbawa di dompetnya, jadilah dia tinggal di Singapura beberapa waktu lamanya. Pas hari lbur pergi ke Mustafa Center, uang Rp50.000 niatnya mau dibelikan odol, eh ditolak penjual: ”Ini tidak laku disini, tuh tukarkan dulu ke money changer”. Jalanlah dia ke tempat yang ditunjuk, ditukar ke Singapura dollar, hanya dapat Sin$ 4.00 dan beberapa puluh sen, tidak cukup untuk beli odol, hanya bisa beli sebotol air putih.
Kemudian Si Rp50.000 dibawa pedagang valas naik feri ke Batam, disetorkan di bank, karena masih bagus, masuk mesin ATM lagi di airport. Kali ini Si Rp50.000 ditarik pelancong yang hendak ke Bali, di sana, pindah tangan beberapa kali, tahu-tahu sampai di Semarang. Saat dibayarkan oleh Aliong ke tukang buah, dikipas-kipas sebagai penglaris, eh terjatuh, pas hujan, hanyut di air dan sempat kelindas motor bebek yang lewat. Tetap dikejar tukang buah, ketangkap, eh keambil, dan transaksi selesai, ada senyum terima kasih dari si penjual buah.
Malamnya uang digelar di atas koran, masih basah-basah dikit, malahan disetrika sama istrinya supaya cepat kering. Warnanya agak pudar dan uang jadi lusuh. Esoknya dibelikan meterai di kantor pos, petugas lihat-lihat teliti, oh uang asli, diterima. Besoknya lagi disetorkan ke BI, karena sudah masuk kategori UTLE, Uang Tidak Layak Edar, diadministrasikan petugas, dan dari arsip BI diketahui Si Rp50.000 sudah beredar sejak 16 bulan silam. Nah, akhirnya dimusnahkan.
Umurnya 16 bulan. Singkat atau panjang? Saat Raja Firaun bertanya kepada Yakub (Kejadian 47:8-9): “Sudah berapa tahun umurmu?” Jawab Yakub kepada Firaun: “Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya …”
Saudaraku, ULE 16 bulan atau usia Yakub yang 130 tahun, mana yang lebih panjang? Sama-sama menjadi pengembara, pindah tempat berkali-kali, dan sebagian besar situasinya buruk adanya. Si Rp50.000 mengalami masa disayang saat masih kinyis-kinyis, lalu dilipat-lipat, dikaretin, ditolak-tolak di luar negeri, masuk mesin ATM dipukul oleh bilah mesin, jatuh ke air, bahkan disetrika hingga warnanya pudar. Namun tetap mengemban misi sebagai alat pembayaran yang sah, dan lambang kedaulatan negara Garuda Pancasila tetap tertera di gambarnya.
Saudaraku, apakah kita sadar, saat kita mengaku percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, maka Allah menempatkan Roh Kudus yang memeteraikan kita? Kita punya misi sebagai garam dan terang bagi dunia, dan mengemban tugas mulia untuk pergi dan menjadikan semua bangsa menjadi murid Tuhan Yesus, dan dibaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah Tuhan Yesus perintahkan? (Matius 28:19-20)
Kita sama-sama mengalami penderitaan dalam kehidupan, pernah mengalami masa disayang saat masih punya kelimpahan harta benda kinyis-kinyis. Lalu melewati masa dilipat-lipat berbagai tipu daya dan cobaan, serasa dikaretin karena akibat perbuatan yang tidak benar, ditolak-tolak oleh lingkungan sekitar, hingga hati merasa dipukul berbagai kesedihan, jatuh ke air dan bahkan sakit menderita berpanjangan. Apakah ketika menjalani semua ini warna kehidupan kita menjadi pudar?
Saudaraku, mari kita sejenak hening, dengan hati bening merenungkan apa yang ditulis oleh Rasul Yohanes: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.” (Wahyu 22:12 dan 14). (Surhert).