RATAPAN SANG KRISTUS
Saudaraku, Alkitab hanya mencatat peristiwa Yesus menangis sebanyak dua kali. Yang pertama dalam Yohanes 11:35 saat mendengar kabar duka dari Betania tentang meninggalnya sahabat-Nya, Lazarus. Yang kedua tercatat dalam Lukas 19. Mari kita renungkan tangisan Yesus sebagaimana dikisahkan dalam Lukas 19:41-44.
Kedatangan Yesus ke Yerusalem berkaitan dengan persiapan pra Paskah. Selesai Yesus mengikuti arak-arakan dan melihat kota dengan segala keriuhannya, Yesus menangis. Mengherankan?! Semua orang hari itu gembira menyambut Paskah namun hari itu Yesus memandang kota Yerusalem secara berbeda dan Yesus meratapinya. Ratapan seorang Guru, ratapan Tuhan.
- Sebagai seorang guru, Yesus melihat Yerusalem begitu sombong sehingga mereka ‘menolak’ pengajaran sehingga bahaya mengancam di depan mata. Tidak ada yang menyedihkan bagi seorang guru selain menghadapi murid yang keras kepala dan menolak untuk belajar karena itu berarti sang murid menuju kehancuran dengan kesadaran sendiri.
- Yesus adalah Tuhan yang Mahamelihat masa depan. Apa yang paling menyedihkan Tuhan? Saat manusia dengan menggunakan hak pilihnya untuk memilih yang salah, yang menghancurkan manusia itu sendiri, bahkan mereka tidak melihat lawatan Tuhan atasnya. Mereka menolak keselamatan dengan kesadaran sendiri dan Tuhan menangisi kedegilan hati mereka.
Tangisan Yesus atas Yerusalem selepas Ia dielu-elukan di Yerusalem menunjukkan bahwa euphoria masa pra Paskah di kota itu tidak menetralisir kesedihan-Nya menghadapi kekerasan hati manusia. Yesus meratapi masa depan kota itu walau saat itu kondisi terlihat sangat baik-baik saja. Kota itu akan hancur lebur karena kedegilan mereka sendiri (Ayat 44)
Kebebalan “menginfeksi” tanpa disadari oleh manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bebal berarti sukar mengerti, lamban menanggapi sesuatu. Manusia bisa menjadi bebal saat ia merasa dirinya benar dan orang lain salah, overconvidence. Sikap bebal membuat manusia kurang peka dengan keadaan dan sukar dididik sehingga ia menjadi tersesat (Amsal 5:23).
Manusia yang bebal akan menuju kepada kehancuran bagaikan seseorang yang menghancurkan rumahnya sendiri (Amsal 14:1). Celakanya orang ini tidak menyadari kejatuhannya yang parah dan malah bangga dengan kebebalannya.
Saudaraku, walaupun saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi sudah menjawab sebagian kebutuhan manusia, mari tetap memiliki hati yang lembut untuk mau mendengarkan suara-Nya dan menyadari kehadiran-Nya. Asahlah kepekaan dan terbukalah kepada pengajaran-Nya agar hidup terhindar dari kehancuran. Jangan sampai Dia meratap saat melihat anak-anak-Nya saat ini. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)