DEWA DAPUR
Saudaraku, ini kenyataan hidup, kalau Anda ada kesempatan piknik ke Taipei atau Taiwan, hampir di setiap blok ada kuil tempat pemujaan. Jumlahnya bisa ratusan, dan masing-masing punya HUT. Saking banyaknya permintaan libur untuk HUT masing-masing kepercayaan, Pemerintah Taiwan menetapkan hari libur resmi, fakultatif dan perayaan atau observances.
Untuk tahun 2024, sesuai di google, ada 54 hari – bandingkan dengan Indonesia yang hari libur 24 hari saja sudah diributin asosiasi pengusaha, ini di Taiwan yang resmi ada 54 hari, belum nambah lagi yang lokal. Jadi libur resmi sekitar 15 hari terutama imlek dan tahun baru, lainnya fakultatif.
Karyawan menganut suatu aliran boleh libur HUT pas perayaan setempat, tapi lainnya yang beda kepercayaan mesti masuk kerja, bahkan hari Natal 25 Desember bukan hari libur, yang Kristen boleh libur Natalan 1 hari, tapi lainnya tetap masuk.
Nah, mengapa ada banyak kepercayaan dan aliran? Karena masing-masing suku dan marga punya jagoan masing-masing. Pokoknya siapa yang disembah harus bisa menurunkan rezeki dan kesehatan. Ini karena leluhur orang Tionghoa hidup di zaman kaisar-kaisar yang kejam, perlu mendapat banyak harta agar bisa menjadi orang kaya dan minta perlindungan dari penguasa setempat supaya bebas dari ancaman anak buah kaisar-kaisar yang semena-mena. Untuk itu orang-orang hanya yang menyembah siapa yang bisa menurunkan rezeki, juga tidak ada ikatan mesti doa jam berapa, bebas saja.
Rupanya menjadi kebiasaan orang Tionghoa sekarang ini, kebanyakan datang terlambat ke gereja, dan gereja yang menjanjikan banyak berkat akan mendapatkan banyak jemaat.
Kalau Anda berkesempatan jalan-jalan ke daerah Gang Baru Semarang, perhatikan, dalam radius kurang dari 2 km, ada setidaknya 5 kuil besar dan kecil, yang masing-masing beda isinya. Ya karena masing-masing didirikan oleh berbeda marga, klan dan suku. Karenanya total sesembahan tradisional bisa lebih dari 1.000 oknum, ada arhat, dewa, malaikat, jenderal-jenderal perang, tokoh-tokoh zaman dulu, dan lain-lain. Tapi meskipun ada banyak sesembahan, hanya 2 saja yang nampaknya wajib ada sejak zaman awal dinasti-dinasti.
Kita bahas satu dulu, yakni Dewa Dapur. Namanya dalam lafal sini Tjioe Kun Kong, atau Zao Shen atau Zao Jun Gong. Kita tidak perlu tahu asal muasalnya, tapi jelas ini merupakan dewata orisinal di China daratan, bahkan menyebar ke Korea dan Jepang.
Ceritanya dewa ini diutus Penguasa Langit agar mesti ada di setiap rumah, tugasnya mengawasi pemilik rumah dan kelakuannya. Diletakkan di dapur karena dapur menjadi lokasi utama setiap rumah, suami, istri, dan anak-anak selalu bertemu dan ngobrol-ngobrol, termasuk kalau-kalau ada KDRT. Nah si Dewa Dapur akan mencatatnya dan setiap tahun 6 hari sebelum imlek tiba dia akan naik ke surga untuk melaporkan tingkah laku pemilik rumah dan keluarganya.
Zaman dulu, mungkin dia bawa buku tebal atau ingatan di dalam otaknya demikian jernih sistematis sehingga bisa lapor dengan tepat. Penguasa Langit kalau murka mendengar laporan Dewa Dapur, akan menjatuhkan lebih banyak kemalangan atau sakit daripada berkat ke pemilik rumah di tahun mendatang.
Nah pemilik rumah juga punya akal untuk membujuk Dewa Dapur agar tidak lapor macam-macam. Tiap hari ada hio dipasang, dan sebelum dia naik ke surga maka mulutnya akan dioles madu, matanya ditutup manisan, jadi saat melapor hanya ngomong yang manis-manis dan mulutnya tidak ngoceh macam-macam. Nampaknya lucu, tapi ini kenyataan. Altar sembahyang lainnya di rumah ya untuk pemujaan leluhur atau sesembahan lainnya, diletakkan di tengah rumah atau dekat pintu masuk. Tapi Dewa Dapur tetap diletakkan di dapur.
Saudara, bagi kita yang percaya pada Tuhan Yesus, kita sebenarnya juga sudah mendapat pengawasan dan diawasi setiap saat oleh Tuhan. Nabi Musa menuliskan menulisnya dalam Kitab Ulangan 30:14 “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.” Jadi Firman Tuhan atau perintah-perintah Tuhan sebenarnya sudah diletakkan di setiap hati kita dan siap dilakukan. Apa yang Saudara lakukan setiap hari?
Raja Salomo menuliskan dalam Amsal 15:3 “Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” Sedangkan di Kitab Maleakhi 3:16 dicatat “TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.”
Ya, ada sebuah kitab peringatan yang ditulis di hadapan Tuhan terhadap orang-orang yang takut akan TUHAN. Siapa yang menulis? Malaikat. Jelas di zaman sekarang ini ada berbagai CCTV yang mengawasi gerak-gerik masyarakat, lalu ada “Big Daddy” dari satelit yang mampu mengawasi setiap orang, dan tentunya catatan kehidupan bukan lagi di kitab atau buku, tapi mungkin ada perangkat yang lebih canggih dari USD atau flashcard atau Google record yang dimiliki oleh TUHAN, jadi tidak perlu berlembar-lembar kertas untuk mencatat. Device ini ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik. Hati-hatilah dengan hidupmu.
Untuk Saudaraku yang merayakannya: Selamat merayakan Tahun Baru Imlek 2575. Semoga berkah keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan kelimpahan, selalu ada untuk kita. Semoga segala usahamu membuahkan hasil yang gemilang, rezeki mengalir semakin deras, dan semakin banyak impianmu yang menjadi kenyataan. Oh ya, jangan lupa, dukunglah Yayasan Christopherus dengan DOA, DANA, DAN KARYA. (Surhert).