CAP GO MEH
Perayaan Cap Go Meh dirayakan pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, dan bertepatan dengan bulan purnama (full moon 100%), wajah bulan nampak 100% dengan jarak terdekat ke bumi. Jadi nampak bundar dan bersinar terang. Ini bulan purnama merupakan tanggal 15 penanggalan lunar (sistem penanggalan yang didasarkan atas perhitungan fase bulan), dan justru pada saat bulan baru maka (planet) bulan tidak nampak sama sekali. Jadi ingat 1 Samuel 20:24 Raja Saul mengadakan jamuan makan dengan para anak buahnya ketika bulan baru tiba, jadi bertepatan dengan tanggal 1 kalendar lunar.
Cap Go Meh memang berjarak 15 hari dari Tahun Baru Imlek tanggal 1 lunar, tapi dari tanggal 1 lunar hingga 15 lunar setidaknya ada 2 upacara penting bagi penganut kepercayaan mereka. Jadi dalam kurun 15 hari ada 3 perayaan utama, dan ditutup dengan Cap Go Meh.
Karena acara itu sebagai penutup rangkaian acara tahun baru Imlek, maka diadakan dengan meriah dan mengetengahkan simbol-simbol kebudayaan Tionghoa seperti arak-arakan liong, barongsay dan bahkan beberapa sesembahan utama juga diarak. Rumah-rumah jemaat dan jalan-jalan yang akan dilalui arak-arakan dihias meriah dengan lampion dan bunga-bunga berwarna merah. Memang ini perayaan yang melibatkan kepercayaan-kepercayaan tradisional etnik Tionghoa, namun kemudian berbaur dengan adat kebudayaan masyarakat setempat.
Saat perayaan Cap Go Meh berlangsung, gadis-gadis Tionghoa di zaman dulu yang dipingit sebelum mendapatkan jodoh, akan dibebaskan untuk berjalan-jalan menonton arak-arakan. Bahkan diceriterakan ada kaisar-kaisar, jenderal dan petingginya yang tidak memakai baju kebesarannya namun ikut berbaur dengan rakyat menyaksikan festival.
Jadi saat Cap Go Meh terjadi interaksi sosial yang tidak membedakan perbedaan strata sosial maupun ekonomi. Hanya saja khusus di Indonesia beberapa kali perayaan Cap Go Meh ditetapkan hanya boleh dilangsungkan sekitar tempat ibadahnya dan tidak boleh ada arak-arakan, demi menjaga situasi keamanan dan politik.
Setelah selesai acara Cap Go Meh, ya segala pernik-pernik perayaan termasuk liong, barongsay maupun sesembahan dikembalikan ke tempat ibadah semula, menunggu diarak 1 tahun Cap Go Meh berikutnya, atau menunggu acara HUT lokal tempat ibadah tersebut kalau ada dan dirayakan. Jemaatnya melakukan sembahyang di tempat ibadahnya hanya pada tanggal 1 dan 15 kalender lunar saja, jadi dalam 1 bulan hanya 2 kali ibadah, tapi banyak umatnya yang hanya sembahyang 1 kali per bulan.
Yang penting tiap pagi atau malam memasang hio di depan rumah atau altar rumah minta berkat dari yang diyakininya. Lalu ajaran-ajaran hanya berupa tradisi lisan, diceriterakan turun temurun atau antar kawan, jadi dalam satu upacara adat di suatu tempat bisa berbeda dengan upacara adat yang sejenis di tempat lain.
Kalau kita bertanya mengapa mesti ada upacara ini atau mengapa mesti melakukan itu, biasanya dijawab, katanya … katanya … kata si suhu … dan seterusnya tergantung orang-orang tua yang ngomong. Jadi ada adat dan ibadah yang berbeda dari tiap-tiap suku, marga dan rumah ibadah, yang sama hanya perayaannya bertepatan dengan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh.
Memang Pemerintah telah membentuk suatu organisasi sosial yang memayungi berbagai macam kelenteng dan kuil, namun hanya bersifat sosial dan ibadahnya tetap diserahkan ke masing-masing setempat.
Berbeda dengan Gereja yang memiliki 5 acara penting: Natal, Jumat Agung,
Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga, dan Pentakosta. Juga pada setiap Minggu diadakan Ibadah di gereja yang bukan saja diisi khotbah tapi juga puji-pujian. Dalam setiap kegiatan ibadah Minggu setidaknya kita akan mendapatkan pengajaran Firman Tuhan dari Hamba Tuhan, kemudian ada kelas-kelas Pembinaan, juga Persekutuan antar sesama anggota jemaat, dorongan untuk ikut dalam penginjilan, dan ajakan ikut berdiakonia untuk membantu masyarakat yang berkekurangan.
Saudaraku, mengingat pentingnya kita mengikuti ibadah, mari kita perhatikan Firman Tuhan yang terdapat di Ibrani 10:25: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Untuk Saudaraku yang merayakannya: Selamat merayakan Tahun Baru Imlek 2575. Semoga berkah keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan kelimpahan, selalu ada untuk kita. Semoga segala usahamu membuahkan hasil yang gemilang, rezeki mengalir semakin deras, dan semakin banyak impianmu yang menjadi kenyataan. Oh ya, jangan lupa, dukunglah Yayasan Christopherus dengan DOA, DANA, DAN KARYA. (Surhert).