+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

A Life with Full of Questions

A Life with Full of Questions

KITAB HABAKUK. Sahabat, masalah kejahatan dan penderitaan adalah masalah yang ada di sepanjang zaman. Kita berharap bahwa masalah kejahatan dan penderitaan itu akan segera berakhir, tetapi ternyata pengharapan kita tak pernah terwujud secara permanen di dunia ini. Sebenarnya, masalah kejahatan dan penderitaan telah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa, dan akan terus ada sebelum Tuhan Yesus datang ke dunia untuk kedua kali. Masalah kejahatan dan penderitaan itu juga berkembang pada zaman Nabi Habakuk.

Kitab Habakuk diawali dengan percakapan antara Nabi Habakuk dengan Allah menyangkut masalah penderitaan. Nabi Habakuk hidup sekitar tahun 610-605 SM, sebelum Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh tentara Babel. Menurut seorang tokoh dalam sejarah gereja yang bernama Jerome, kata tersebut berasal dari sebuah kata Ibrani yang artinya “mengenggam” atau “memeluk”, dan ia berkata bahwa Habakuk disebut “pelukan” baik karena kasihnya terhadap Tuhan dan bangsanya, maupun karena ia bergumul dengan Allah.

Pertanyaan Habakuk, “Berapa lama lagi, …” (Habakuk 1:2) dan “Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, …” (Habakuk 1:3) memperlihatkan keprihatinan Sang Nabi terhadap umat Yehuda yang tidak kunjung bertobat, bahkan semakin jahat, dan Allah seperti membiarkan hal itu. Para nabi jarang mengemukakan pertanyaan, tetapi kitab ini memakai pertanyaan untuk beralih dari pemikiran sang nabi menuju kebijaksanaan Allah. Hal ini memperlihatkan perjalanan iman yang jujur, yang diungkapkan sambil  memandang kepada Allah.

Syukur mulai hari ini kita dapat belajar dari kitab Habakuk dengan tema: “A Life with Full of Questions (Kehidupan yang Penuh dengan Pertanyaan)”. Bacaan Sabda diambil dari Habakuk 1:12-17. Sahabat, hidup yang kita jalani ini penuh dengan berbagai pertanyaan. Kadang kala kita dapat menemukan jawabannya, namun lebih sering pertanyaan tersebut tidak kita temukan jawabannya. Karena itu, kita mengeluh atas pertanyaan yang tanpa jawaban itu.

Nabi Habakuk juga mengalami hal yang sama. Pertanyaan yang muncul dalam benaknya adalah “Mengapa Tuhan sering terlihat berbeda dalam menghadapi kejahatan? Di manakah keadilan Tuhan?” Dalam keluhannya yang kedua kepada Tuhan, Habakuk mempertanyakan, “Mengapa Tuhan harus menggunakan bangsa Babel untuk menghukum Yehuda? Mengapa Tuhan harus menggunakan bangsa yang lebih jahat dari Yehuda?” (Ayat 13-14). 

Bangsa Babel bertindak dengan kejam dan tanpa belas kasihan terhadap bangsa-bangsa yang ditaklukkannya (ayat 17). Dalam perspektif sang nabi, sulit sekali baginya untuk melihat mengapa Allah mengizinkan hal itu terjadi dalam kehidupan umat pilihan-Nya, yang menurutnya lebih baik dari bangsa Babel yang keji itu.

Sahabat, dalam perspektif kita sebagai umat Allah saat ini, kita dapat melihat bahwa Allah berdaulat untuk segala hal yang terjadi. Tidak ada satu hal apa pun yang terlepas dari kendali-Nya.

Bangsa Babel dipakai oleh Allah untuk menolong umat pilihan ini kembali kepada-Nya. Bagaimana seluruh praktik kehidupan mereka yang telah menyimpang dikoreksi melalui pembuangan ke Babel.

Seperti kehidupan sang nabi, kita juga pasti pernah mengalami kehidupan yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab. Kita datang kepada Allah di dalam doa. Kita mengeluh kepada-Nya, namun seolah-olah Dia diam. Kita melihat kesewenang-wenangan terjadi dan keadilan seolah-olah lenyap dari bumi, tetapi Tuhan tidak bertindak sama sekali.

Sahabat,  dalam keterbatasan dan pergumulan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab itu, kita bisa datang kepada Allah. Dari misteri kehidupan, kita dapat belajar untuk menggapai Tuhan dengan keyakinan bahwa Dia adalah Allah sumber jawaban yang berdaulat dalam kehidupan kita, umat pilihan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu? 
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2-3?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sebagai orang percaya, Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang dan garam dunia dan bukan untuk berdiam diri agar selamat. (pg).

Leave a Reply