Don’t Make Outrageous Accusations!
MENUDUH. Tuduhan yang sembarangan, tuduhan yang keterlaluan, tuduhan
yang asal tuduh, dapat menghancurkan reputasi dan hidup seseorang. Kalau
tidak percaya, tanyalah pada Sautuola.
Nama lengkapnya Don Marcelino Sanz de Sautuola. Dari beberapa sumber saya
mendapat informasi bahwa Sautuola, seorang ahli hukum Spanyol dan arkeolog
amatir. Lahir pada 2 Juni 1832 dan meninggal pada 30 Maret 1888.
Pada tahun 1879, ketika Sautuola sedang memeriksa sebuah gua di propertinya
di Altamira, Cantabria, di Spanyol Utara. Saat itu Maria, putrinya, merangkak ke
dalam gua samping, dan secara tidak sengaja ia melihat ke atas, kemudian
dengan cepat kembali keluar sambil berseru: “Lihat Ayah! Di atas gua ada
gambar Banteng!”
Memang ada lukisan Banteng di langit-langit gua Altamira. Sautuola kemudian
memanggil seorang profesional arkeologi, yang setuju bahwa lukisan-lukisan itu
adalah lukisan prasejarah. Pada tahun 1880, Sautuola mempresentasikan
makalahnya kepada Kongres Prasejarah di Lisbon, menggambarkan lukisan-
lukisan gua dan menyatakan bahwa lukisan-lukisan itu adalah karya manusia
primitif.
Ketika ia mempublikasikan temuannya, banyak arkeolog yang cemburu. Mereka
terang-terangan menuduh Sautuola sengaja menciptakan kebohongan untuk
memperoleh popularitas. Dia tidak pernah bisa meyakinkan arkeolog lain untuk
datang mengunjungi guanya, dan dia meninggal sebagai orang yang depresi,
integritasnya dipertanyakan, dan penemuan besarnya tidak diakui. Puluhan tahun
kemudian, baru para ahli mengakui keaslian temuan Sautuola.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel 10 dengan topik: “Don’t
Make Outrageous Accustions! (Jangan Asal Menuduh)”. Bacaan Sabda diambil
dari 2 Samuel 10:1-19 dengan penekanan pada ayat 4. Sahabat, tuduhan yang
keterlaluan, bukan hanya membuat hati kita tidak tenang, tetapi dapat juga
menghancurkan relasi dengan sesama. Setidaknya hal itu tampak dari
pengalaman Hanun, raja orang Amon.
Hanun mencurigai niat baik Daud yang hendak menyampaikan rasa simpati atas
kematian ayahnya. Saking curiganya, Hanun memperlakukan para utusan Daud
dengan sangat tidak tidak hormat. Mereka bukan hanya ditangkap, janggut
mereka juga dicukur sampai setengahnya, dan pakaian mereka pun dipotong
hingga menyingkap bagian tubuh yang tak pantas terlihat.
Tindakan itu bukan hanya menghina dan mempermalukan para utusan Daud,
tetapi secara tidak langsung berarti menghina Daud juga. Sebab dalam budaya
zaman itu, janggut menandakan kearifan dan derajat seseorang. Kaum laki-laki
Israel membiarkan janggut memenuhi dagu dan rahang mereka untuk
membedakan statusnya dengan para budak. Yang berdagu licin (tidak
berjanggut) adalah kaum budak. Dengan demikian Hanun bukan hanya menolak
tawaran persahabatan Daud, tetapi juga merendahkan derajat umat Israel setara
budak.
Tindakan ini muncul karena buruknya diplomasi, serta pikiran negatif yang
menguasai mereka. Juga karena mereka tidak belajar dari fakta masa lalu,
tentang bagaimana raja mereka bersahabat baik dengan Daud.
Para pemuka negeri Amon lupa bahwa Daud adalah seorang yang setia, teguh
memegang perjanjian dan dapat dipercaya. Penghinaan yang mereka lakukan
harus dibayar dengan kehancuran satu negeri.
Terkadang kita salah memahami itikad baik seseorang. Kita terlalu berprasangka,
berpikiran buruk, dan mengambil tindakan tanpa didasari bukti dan pertimbangan
yang matang. Kita cepat menuduh. Kita asal menuduh. Memang sewajarnyalah
kita waspada, hati-hati dan tidak percaya begitu saja. Namun kita juga perlu
mengumpulkan informasi yang akurat, agar tidak salah langkah, serta terhindar
dari kerugian dan kehancuran. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah
beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hubungan yang baik
dapat hancur dalam sekejap, ketika prasangka dan pikirian negatif menyergap.
(pg).