DIAM NAMUN TAK TINGGAL DIAM
Saudaraku, siapapun akan sigap membela diri ketika dituduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Diam dianggap pasif dan membenarkan tuduhan. Maka pada masa sekarang banyak orang tertindas berani untuk speak up (angkat suara) dan menyatakan kebenaran dari sudut pandang mereka. Namun Markus menuliskan KEBISUAN Yesus saat Ia dihakimi dan dituduh dengan kejam. Mari kita merenungkan Markus 15:1-5.
Pagi itu kantor Pilatus sangat berisik dan gaduh dengan kedatangan para pemuka agama Yahudi yang menyeret tersangka penistaan agama. Mereka tak berhenti menuduh-Nya dan memaparkan kesalahan-kesalahan-Nya. Anehnya Si Pelaku hanya menjawab satu pertanyaan Pilatus dan selebihnya Ia hanya diam. Pilatus sampai mendorong Yesus, Sang Tersangka, untuk membela diri dan menjawab tuduhan mereka.
KEBISUAN Yesus memang mengherankan. Sebagai seorang guru yang bisa menjawab pertanyaan para Farisi, Saduki, ahli Taurat, kaum Herodian dan bahkan para tua-tua, Yesus pasti punya banyak amunisi untuk bisa menjawab tuduhan itu dengan mudah. Sebagai seorang pembuat mukjizat yang bisa membangkitkan orang mati, menyembuhkan yang sakit, mengusir setan dan bahkan bisa melewati orang-orang yang akan menjatuhkan-Nya dari atas tebing (Lukas 4:29-30), Yesus pasti bisa mengatasi kemarahan orang-orang itu dengan sedikit kuasa yang dimiliki-Nya.
Namun Yesus memilih DIAM dan tidak menjawab semua tuduhan mereka. Mengapa Yesus DIAM? Nubuatan tentang hal ini sudah disampaikan oleh Yesaya: “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan dirinya disakiti dan tidak membuka mulutnya. Seperti induk domba yang kelu di depan mereka yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” (Yesaya 53:7).
William Barclay menuliskan bahwa DIAMNYA Yesus disebabkan oleh kebencian orang Yahudi yang bagaikan tirai besi yang sulit ditembus oleh pembelaan diri model apa pun dan sikap hati Pilatus yang enggan dan takut untuk membuka kebenaran maka tidak ada gunanya kata-kata pembelaan di saat seperti itu. Namun sebenarnya Yesus pun tahu bahwa memang jalan penderitaanlah yang harus dilalui-Nya untuk menyelesaikan misi kedatangan-Nya di dunia ini. Selain karena faktor situasi yang memang tidak memungkinkan untuk membela diri, Yesus DIAM karena Ia harus menuntaskan misi-Nya. Yesus DIAM tapi tidak tinggal DIAM.
DIAM memang tidak mudah dipahami. DIAM memiliki banyak arti. Ketika Yesus DIAM itu menandakan kekerasan hati manusia yang sudah diliputi kedengkian sehingga tidak lagi mampu mendengar suara kebenaran. Allah yang DIAM memang menggelisahkan bagi manusia yang mengharapkan pertolongan-Nya.
Namun sebenarnya Allah tidak tinggal DIAM karena Ia bekerja untuk menyadarkan manusia akan kehadiran-Nya. Manusia gelisah karena Allah tidak menjawab seperti yang dikehendakinya, namun Allah menyatakan apa yang diinginkan-Nya.
Allah yang DIAM dalam pergumulan iman umat-Nya menjadi pergumulan Shusaku Endo saat menuliskan novelnya yang berjudul Silence. Endo mempertanyakan mengapa Tuhan bungkam dengan semua penderitaan umat-Nya dan membiarkan mereka berjuang menghadapi aniaya. Namun ternyata Tuhan tidak bungkam, Tuhan turut menderita bersama umat-Nya. Mari TETAP PERCAYA. Tuhan sepertinya DIAM, tapi Ia tidak pernah tinggal DIAM. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)