Carrying Out Father’s Testament
WASIAT AYAH. Setelah multimiliuner J.P. Morgan (seorang pendiri General Electric) meninggal dunia, segenap keluarga berkumpul untuk membuka wasiatnya. Orang mengira sebagian besar isinya mengenai pembagian harta. Namun mereka salah. Berikut petikan isi surat wasiatnya: “Saya menyerahkan jiwa saya ke tangan Sang Juru Selamat. Saya telah ditebus dan disucikan oleh darah-Nya, sehingga Dia akan membawa jiwa saya tanpa cacat cela kepada Bapa surgawi. Karena itu saya minta agar anak-anak terus mempertahankan dan menjalankan pengajaran mengenai penebusan sempurna oleh darah Kristus yang tercurah; dengan segala tantangan, risiko, maupun pengorbanan pribadi yang menyertainya.”
Kebanyakan orangtua berpikir keras hendak mewariskan sebanyak mungkin harta bagi anak-anaknya. Namun, J.P. Morgan memberi kita pandangan yang berbeda. Sebagai warisan terutama dan termahal, Morgan lebih memilih mewariskan iman kepada Kristus bagi anak-anaknya. Segala bentuk harta benda-sebaik apa pun kita menyimpannya, dapat habis dan lenyap. Namun, iman kepada Kristus memberi hidup yang takkan layu.
Sahabat, mari kita mulai mempersiapkan mewariskan iman semacam itu kepada anak-anak kita, mulai hari ini, yakni melalui pembicaraan yang berulang-ulang tentang firman Tuhan (Ulangan 6:6-9). Tentang Kristus yang menanggung hukuman dosa kita di kayu salib, agar kita memiliki hak untuk hidup kekal bersama-Nya. Tentang bagaimana anak Tuhan belajar menaati dan melakukan kehendak-Nya. Tentang cinta Allah yang nyata dalam kehidupan masing-masing pribadi. Niscaya warisan itu akan menjadi harta paling berharga, kapan pun anak-anak akan membuka surat wasiat kita.
Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab 1 Raja-raja dengan topik: “Carrying Out Father’s Testament (Menjalankan Wasiat Ayah)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Raja-raja 2:13-46. Sahabat, tentulah tak mudah bagi Salomo untuk menjalankan wasiat ayagnya. Meski raja, dia tak begitu saja bisa membunuh Yoab dan Simei atas kesalahan mereka pada masa lalu. Yoab telah membunuh Abner tanpa alasan dan Simei telah mengutuki Daud. Menarik disimak, dalam bacaan kita pada hari ini, Allah sendiri yang membuka jalan untuk semuanya itu.
Adonia memohon kepada raja melalui Batsyeba untuk menjadikan Abisag, gadis Sunem itu, sebagai istri. Abisag adalah salah seorang istri Raja Daud. Salomo melihat rencana itu sebagai usaha Adonia yang didukung Yoab untuk menjadi raja yang sah. Pada masa itu, siapa pun yang menikahi istri raja dianggap mewarisi takhtanya. Salomo yang peka akan muslihat itu langsung memerintahkan Benaya untuk membunuh Adonia.
Hukuman raja membuat Yoab kelimpungan. Yoab lari ke Kemah Tuhan dan memegang tanduk-tanduk mazbah. Karena segenap mazbah kudus, maka orang yang memegang sudutnya saja dianggap terlindung dari pembunuhan. Namun demikian, Yoab melakukan kesalahan ketika menolak keluar dari kemah Tuhan sembari berkata, “Tidak, sebab di sinilah aku mau mati” (Ayat 30). Perkataan itu malah menjadi alasan sah bagi Salomo untuk menuntaskan wasiat Daud.
Berkait wasiat ayahnya tentang Simei, Salomo mendapat kesempatan ketika Simei melanggar janji yang diucapkannya sendiri di hadapan Salomo. Simei yang telah berjanji tidak akan keluar dari Yerusalem, ternyata meninggalkan Yerusalem untuk mengambil kembali dua orang hambanya yang melarikan diri. Bisa jadi Simei lupa akan janjinya atau dia merasa Salomo tak akan mempermasalahkannya. Melanggar janji kepada raja adalah kesalahan dan hukumannya adalah mati. Dengan terbunuhnya Simei, kutukan Simei terhadap Daud diakhiri.
Sahabat, apa yang bisa kita pelajari dari bacaan kita pada hari ini? Dalam beberapa kasus, agaknya kita tak perlu berencana macam-macam. Jika memang itu kehendak Allah, Dia akan menyediakan jalan untuk kita lalui. Percayalah! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang wasiat?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Uang dan harta memang berguna di dunia, namun hanya iman pada Kristus yang berguna di surga. (pg).