Sin is Like A Snowball
BOLA SALJU. Sahabat, dari beberapa sumber saya mendapat informasi bahwa
bola salju adalah benda berbentuk bola yang terbuat dari salju. Bola salju yang
paling sederhana dibuat dengan menciduk salju menggunakan tangan dan
memadatkannya menjadi bola berukuran kepalan tangan. Bola salju banyak
digunakan dalam berbagai permainan seperti pertarungan bola salju, dan
pembuatan manusia salju.
Memadatkannya dengan tekanan tinggi akan menjadikan bola salju
sekeras es sehingga membahayakan jika dilempar. Salju yang terlalu kering atau
terlalu dingin sulit untuk dibuat menjadi bola salju, karena dibutuhkan sedikit air
untuk membuat setiap partikel es di salju saling menempel (sifat kohesi).
Dalam kondisi tertentu, meski jarang, sekumpulan salju dapat menjadi bola salju
dan menggelinding dengan sendirinya. Kondisi tersebut diantaranya lapisan es di
antara salju dan tanah sehingga salju tidak menempel. Selain itu, dibutuhkan
angin dan gravitasi untuk mendorong salju tersebut agar membentuk bola.
Sahabat, efek bola salju itu juga menjadi istilah yang eksis dalam dunia bisnis.
Bola salju yang bergerak dan semakin besar menggambarkan pertumbuhan
besar dalam pemasaran.
Dalam dunia pemasaran bisnis, istilah efek bola salju adalah ketika situasi bisnis
yang sedang Sahabat kerjakan terus berkembang dan semakin sukses, maka
semakin banyak pula publisitas yang kamu dapatkan dan semakin banyak
promosi yang diterima.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “Sin is
Like A Snowball (Dosa itu Seperti Bola Salju)”. Bacaan Sabda diambil dari 2
Samuel 11:1-27 dengan penekanan pada ayat 2. Sahabat, dosa itu seperti bola
salju. Dosa yang satu akan melahirkan dosa yang lain untuk menutupi dosa awal.
Waktu itu Yoab masih berusaha menundukkan bangsa Amon dalam pertempuran
di Raba. Ke mana Daud? Ia malah tinggal di Yerusalem (Ayat 1). Padahal penulis
2 Samuel menyebutkan, biasanya raja-raja berperang pada saat pergantian tahun.
Dengan tinggal saja di Yerusalem berarti Daud tidak kurang memerlihatkan
tanggung jawabnya sebagai panglima perang kerajaan dan ikut berbagi beban
dengan para prajuritnya dalam membela kerajaan.
Pada saat ia bersantai-santai itulah pencobaan datang. Ia melihat seorang
perempuan sedang mandi (Ayat 2). Orang mungkin saja melihat tanpa disengaja.
Masalahnya, Daud tidak berhenti melihat dan setelah melihat ia menginginkan
perempuan itu, yang ternyata bernama Batsyeba, istri Uria (Ayat 3). Lalu tahap
menginginkan itu dilanjutkan dengan tahap mengambil Batsyeba dan tidur
dengan perempuan itu (Ayat 4).
Kesadaran akan bahaya baru muncul setelah Batsyeba memberitahu Daud bahwa
ia mengandung (Ayat 5). Maka yang muncul kemudian adalah muslihat untuk
menutupi dosa, mulai dari cara yang halus (Ayat 6-11), yang kotor (Ayat 12-13),
sampai yang bersifat kriminal (Ayat 14-21), yang ditujukan kepada Uria, suami
Batsyeba.
Melihat, menginginkan, dan mengambil merupakan suatu proses yang tidak
berdiri sendiri, melainkan berkaitan dan berkembang. Jadi dosa tidak bersifat
statis. Sesungguhnya dosa seperti bola salju, semakin digelindingkan akan
semakin besar!
Dimulai dari berzinah dengan istri orang hingga “membunuh” suami perempuan
itu. Meski dilakukan sembunyi-sembunyi dan hanya diketahui sedikit orang,
tetapi penulis 2 Samuel menyatakan bahwa dosa yang dilakukan Daud adalah
jahat di mata Tuhan (Ayat 27). Hal tersebut menjadi suatu peringatan keras bagi
kita. Jangan pernah bermain-main dengan dosa. Bila suatu waktu kita jatuh ke
dalam dosa, jangan berkubang di dalamnya. Segera mintalah pengampunan Sang
Penebus. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perennganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah
beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang Bola Salju?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kenalilah kesalahan-
kesalahanmu dan belajarlah dari kesalahan itu, namun jangan berkubang di
dalamnya (Zig Ziglar). (pg).