YAIRUS MELAWAN ARUS
Saudaraku, orang tua yang menghadapi anak sakit parah bukanlah akan menempuh segala cara agar anaknya pulih kembali. Gelisah, putus asa, merasa bersalah dan takut kehilangan, akan berkecamuk, sehingga bisa membuat mereka menjadi pribadi yang pemberani untuk mencari solusi. Mari kita merenungkan Markus 5:21-24.
Profesi Yairus menuntutnya selalu berada di sinagoge (rumah ibadat Yahudi) untuk memastikan semua kegiatan peribadatan berlangsung baik dan teratur. Karena pekerjaannya, ia memiliki hubungan baik dengan para Imam, kaum Farisi dan bahkan para ahli Taurat. Ia terbiasa dengan suasana rohani dan situasi khusyuk saat berdoa.
Namun anehnya saat menghadapi anaknya sekarat, Yairus malah mencari Yesus yang saat itu banyak dibicarakan dengan nada negatif oleh para rohaniawan. Yairus melihat Yesus sebagai jalan keluarnya, maka itulah yang menyebabkan ia rela berdesakan dengan banyak orang yang mengerumuni Yesus dan bahkan berlutut di kaki-Nya di hadapan orang banyak itu.
Yairus benar-benar merasa putus asa karena tekanan pikiran gara-gara anaknya dan ia tahu bahwa satu-satunya yang bisa menolong adalah Yesus, walaupun Yairus tahu bagaimana lingkungan sekitarnya bersikap.
Yairus melawan arus para rohaniawan yang menjadi rekan dan atasannya, ia bahkan mempertaruhkan reputasinya dengan tanpa malu berlutut di kaki Yesus sebagai lambang penundukan dan sekaligus ekspresi keputus asaan Yairus sendiri. Yairus tidak peduli dengan penilaian orang banyak yang pasti mengenali dirinya dan profesinya. Baginya yang penting anaknya tertolong. Ia bahkan rela menunduk dan memohon kepada Yesus, guru muda yang masuk dalam pengawasan para rohaniawan. Ia bertaruh dengan pekerjaan dan masa depan keluarganya. Yairus tidak peduli.
Setiap manusia memiliki hal yang berharga dalam hidupnya, yang bila itu akan hilang maka akan diperjuangkan mati-matian bahkan ia rela untuk melawan orang di sekitarnya demi mempertahankan apa yang berharga.
Bagi setiap pengikut Kristus, tidak ada yang lebih berharga selain Kristus sendiri. Alkitab mencatat para pejuang iman yang gigih dan rela untuk memberikan apapun demi tetap memegang Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Salah satunya adalah Rasul Paulus yang rela melupakan masa lalunya (Filipi3:13) dan bahkan rela menanggung segala derita demi Kristus (2 Korintus 4:8-9 ; 11:23-28).
Kisah pejuang iman akan terus dilanjutkan sampai saat ini. Mungkin sekarang para pembacalah yang sedang menorehkan nama masing-masing di Buku Kehidupan sebagai pejuang iman. Selama Kristus masih menjadi yang paling berharga, orang Kristen akan terus memperjuangkan imannya.
Di masa sekarang orang Kristen menghadapi tantangan yang berat dan kompleks. Arus dunia sedang mengarah jauh dari Tuhan dengan kemunculan ajaran-ajaran yang menyimpang, kehidupan yang makin bebas, penyimpangan seksual yang terekspos dengan bebas, kekerasan yang menjadi info sehari-hari ataupun pertengkaran yang memecah belah gereja dan pekerjaan Tuhan.
Di zaman ini orang yang benar-benar memegang Sang Kristus akan terus berjuang walau harus melawan arus. Inilah zaman seleksi iman yang ketat, maka jadilah pejuang iman yang bergantung pada Allah. Jangan takut melawan arus selama engkau disertai Sang Kristus. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag).