+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

The Journey of Life

The Journey of Life

TRAGEDI DAN KOMEDI. Sahabat, mana yang membuat kita tertawa, tragedi atau komedi? Semua orang, kecuali mereka para penikmat derita (masokis), hampir pasti akan memilih komedi. Tragedi dan komedi adalah dua tema besar yang dikotomi di atas kanvas kehidupan kita.

Tragedi dan komedi adalah bentuk sastra yang paling tersebar luas dalam teater Yunani Kuno. Terdapat beberapa karya sastra dalam genre ini bahkan hingga saat ini, namun karya-karya yang ditulis oleh para penulis Yunani Kuno adalah yang paling berharga.

Dari artikel di Kompasiana  saya mendapat informasi bahwa secara etimologis, tragedi berangkat dari kata Yunani tragoidia, terbagi dari kata tragos, artinya kambing dan aeidein yang berarti nyanyian. Menggambarkan nyanyian yang mengiringi nasib seekor kambing yang dikorbankan pada acara ritual dalam budaya Yunani kuno.

Sedangkan komedi berasal dari bahasa Yunani komoida berarti suatu karya lucu yang semata bertujuan untuk menghibur dan menimbulkan tawa.

Sastra Yunani mengenal yang namanya tragedi dan komedi. Tragedi artinya perjalanan hidup seseorang yang sedang merosot sampai ke titik nadir (paling rendah). Sedangkan dari komedi sebaliknya, perjalanan seseorang yang menanjak sampai ke puncak.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “The Journey of Life (Perjalanan Hidup)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 19:1-24. Sahabat, berbarengan dengan kisah hidup Saul yang merosot terus dalam berbagai aspek kehidupannya (tragedi), Daud dikisahkan sedang menanjak oleh anugerah Tuhan menuju posisi puncak, yaitu menjadi raja atas Israel (komedi).

Saul telah terobsesi untuk membunuh Daud. Namun karena teguran Yonatan, putranya, Saul urung membunuh Daud. Bahkan sikapnya itu dikuatkan dengan suatu sumpah yang berat (Ayat 6). Ternyata sumpahnya hanya bertahan di bibir. Saat Daud kembali menang perang, kedengkian Saul terhadap Daud menggelora kembali. Mari kita sejenak kembali mengamati 1 Samuel 18, untuk menyingkirkan Daud, Saul menggunakan berbagai cara. Cara yang satu tidak berhasil (Ayat 9-10), cara lain digunakan (Ayat 11-17; 20-24).

Sahabat, hidup Saul semakin merosot. Perhatiannya sekarang bukan pada bagaimana memerintah bangsanya, tetapi bagaimana membinasakan Daud. Di satu sisi, jelas kekalapan Saul merupakan akibat dari ketidaktundukannya pada kehendak Tuhan, dan sekaligus penghukuman Tuhan atas kedegilan hatinya. Namun di sisi lain, Saul sendiri menolak bertobat dari dosanya.

Bagi Daud, perjalanan menuju puncak sepertinya masih harus melewati jalan yang landai. Berulang kali dalam pasal ini, dan masih akan terjadi di pasal-pasal berikut, ia harus melarikan diri dari rencana keji Saul untuk menyingkirkannya. Syukur kepada Tuhan, dalam salah satu pelariannya ia dapat berjumpa dengan Samuel.

Samuel secara jabatan sebagai nabi sudah emeritus, tetapi hatinya tetap penuh kasih dan peduli. Penyertaan Samuel pada Daud pasti menguatkan Daud yang sedang galau.

Sahabat, mungkin saat ini, dalam perjalanan hidup kita, ada diantara kita yang merasa galau seperti Daud. Ada sosok “Saul” yang membayangi kita. Ingat, kita tidak sendirian. Tuhan siap menyediakan “Samuel” untuk mendampingi dan menguatkan kita. Percayalah dan tetap bersandar kepada-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Usaha apa saja yang telah dilakukan Saul untuk membunuh Daud?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah menginginkan kita menjauhkan diri dari niat dan perbuatan jahat. (pg).

Leave a Reply