+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

KECAMAN YESUS

KECAMAN YESUS

Saudaraku, manusia yang serius menjalani kehidupan beragama maka ia disebut orang saleh karena melaksanakan semua aturan dalam agama itu.  Tentunya hal itu baik,  namun bila mereka gagal menyeimbangkan diri maka yang terjadi adalah keterasingan dengan lingkungan sosialnya dan bahkan penghakiman kepada sesama.  Seumur hidup-Nya, Yesus benar-benar mengecam sikap seperti ini.   Mari kita merenungkan Markus 7:1-13.

Protes keras para Farisi dan ahli Taurat terhadap beberapa murid Yesus yang dianggap melanggar adat istiadat membuat-Nya tergerak untuk menyatakan pendapat.  Bukan karena Ia mau membela “kesalahan” murid-Nya sendiri namun Yesus lebih ingin membuka mata para orang saleh itu tentang diri mereka sendiri.   Yesus mengecam :

  1. Kemunafikan dan egosentris bermodus agama.

Yesus mengerti motivasi para Farisi dan ahli Taurat dalam melaksanakan Hukum.  Mereka ingin penghargaan dan merasa layak untuk menghakimi  orang lain.    Mereka juga memakai aturan adat istiadat yang berlandaskan Taurat  untuk menghindari kewajiban yang harus dilakukan sehingga terjadi pengabaian terhadap apa yang penting dan malah menekankan apa yang hanya “produk sampingan” Taurat.  Fokus mereka bukan lagi Tuhan namun nama baik mereka.

  • Pengkultusan aturan dan individu

Yesus menyayangkan sudut pandang Ahli Taurat dan orang Farisi yang  cenderung untuk lebih menghargai aturan hasil pengembangan manusia (walaupun mereka adalah para rabi yang dihormati) yang Yesus sebut dengan adat istiadat dibandingkan dengan Hukum Taurat yang diberikan Allah.  Adat istiadat lebih diperjuangkan dan bahkan dikultuskan daripada Hukum itu sendiri.

Yesus sama sekali tidak menentang pelaksanaan adat istiadat karena Yesus juga melaksanakannya dalam keseharian-Nya.  Namun demikian Yesus  menginginkan semua itu dilaksanakan dengan wajar dan tidak menggantikan posisi Allah. 

Yesus menginginkan adat istiadat dilaksanakan  sesuai dosisnya dan tidak membuat adat menjadi tuhan bagi mereka dan menjadi alat untuk menghakimi sesamanya. Yesus mengingatkan bahwa mengikuti aturan harus sampai ke hati, bukan hanya dilaksanakan secara lahiriah saja.  Saleh di luar namun juga  salah di hati.

Saudaraku, jebakan kemunafikan dan pengkultusan aturan/dogma masih berlaku hingga sekarang.  Merasa bahwa sudah melaksanakan aturan dengan baik dan akhirnya mulai layak menilai sesama, namun ternyata Allah tidak mudah dibujuk dengan sikap  lahiriah karena Allah melihat hati manusia (1 Samuel 16:7). 

Oleh karena itu kecaman Yesus menjadi peringatan untuk setiap orang percaya belajar mewaspadai pengkultusan aturan dan pengkultusan diri sendiri karena Yesus menginginkan integritas (keutuhan/kelengkapan) dalam melaksanakan aturan yang tidak hanya dilakukan secara lahiriah namun dilaksanakan sampai ke dalam hati dan membuat manusia memanusiakan sesamanya. 

Mari belajar untuk tulus sehingga aturan/dogma menjadi jembatan manusia mengenal Sang Kristus dan mengangkat sesamanya, bukan memisahkan atau menghancurkan hubungan antar manusia.  Aturan yang dibuat berdasarkan Firman Allah seharusnya membawa kebaikan bagi manusia.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Leave a Reply