+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

DO NOT ENVY !!!

DO NOT ENVY !!!

DENGKI. Sahabat ada cukup banyak orang yang berpendapat bahwa dengki itu sama dengan iri atau dengki itu sinonim dari iri. Coba kita simak definisi dari dengki dan iri yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). DENGKI adalah  menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Sedangkan IRI adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya).

Maka dapat kita simpulkan bahwa iri adalah keinginan untuk menjadi sebaik orang lain, sedangkan  dengki adalah  keinginan untuk merampas apa yang dimiliki orang lain. Orang yang dengki tidak hanya kesal karena apa yang orang lain miliki atau capai tetapi juga ingin mengambilnya.

Sesungguhnya rasa dengki bisa menjangkiti siapa saja, tidak soal betapa berkuasa dia, betapa kaya dia, betapa pandai dia, betapa sukses dia, dan betapa beken dia. Coba simak apa yang disampaikan oleh Bertrand Russell, seorang filsuf dari Inggris: ”Napoleon dengki terhadap Caesar, Caesar dengki terhadap Aleksander Agung, dan Aleksander, saya berani bilang, dengki terhadap Herkules, yang tidak pernah ada.”

Sahabat, ternyata Napoleon Bonaparte, Julius Caesar, dan Aleksander Agung menjadi korban dari dengki. Meskipun  sangat berkuasa dan termasyhur, mereka memendam sifat yang dapat meracuni pikiran. Ketiganya menyimpan dengki di dalam hatinya.

Sahabat, Pengamsal mengingatkan kita bahwa hati merupakan sumber kehidupan, dari dalam hati terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Karena itu jangan izinkan dengki bercokol lama-lama di dalam diri kita. Dengki timbul dari hati yang sudah tercemar. Dengki adalah perasaan marah (tersinggung) melihat orang lain lebih hebat dari dirinya dan bila dengki  dibiarkan hidup di dalam hati kita akan beranak pinak tindakan-tindakan yang destruktif..

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Do Not Envy !!! (Jangan Dengki !!!)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 18:1-30 dengan penekanan pada ayat 9. Sahabat, awalnya Raja Saul sangat terkesan dengan Daud setelah ia mengalahkan Goliat, pahlawan orang Filistin. Ia pun menunjuk Daud menjadi kepala prajurit dan menugaskannya memerangi musuh-musuh Israel, dan selalu menang. Ketika rakyat mulai menyanjung Daud melebihi Saul, sang raja merasa takhtanya terancam (Ayat  7-8).

Sejak saat itu, Saul selalu MENDENGKI Daud. Artinya, ia selalu memandang Daud dengan mata yang cemburu dan hati yang iri. Hatinya dirasuki kejahatan, hingga ia berusaha membunuh Daud, berkali-kali. Karena upaya itu gagal, Saul mengangkat Daud menjadi kepala pasukan seribu, agar ia menjadi yang terdepan dalam segala gerakan tentara, agar ia terbunuh di medan perang. Tetapi penyertaan Tuhan membuat Daud selalu berhasil.

Sahabat, Saul menghidupi dan memelihara sifat dengki  seumur hidupnya (Ayat 29-b). Hal itu merongrong jiwanya. Membuatnya jatuh dalam berbagai dosa hingga ia makin terpuruk. Sekalipun ia tahu bahwa Allah telah mengurapi Daud menggantikannya menjadi raja Israel, ia makin berusaha mempertahankan kekuasaannya. Akibatnya ia makin menderita. Benarlah kata Pengamsal: “… iri hati membusukkan tulang” (Amsal 14:30-b).

Sesungguhnya sifat DENGKI muncul ketika kita tidak rela menerima kenyataan, serta karena tidak mensyukuri apa yang kita punya. Kita merasa terancam karena keberadaan orang lain, lalu kita merancang berbagai kejahatan. Tanpa sadar, kita sedang menghancurkan diri sendiri. Karena itu jangan menyimpan, apalagi memelihara DENGKI di dalam hati kita.  Jangan dengki !!! Berhentilah mendengki !!! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Menurut Sahabat, hal apa yang menyebabkan Saul menaruh dengki kepada Daud?

Selamat sejenak merenung.  Simpan dalam-dalam di hati kita: Sifat dengki menyeret kita ke dalam kehancuran, sikap ikhlas menuntun kita memahami kehendak Tuhan. (pg).

Leave a Reply