Deadly Trivial
PESIMIS. Sahabat, pesimis merupakan suatu sikap ketika seseorang memiliki pandangan negatif terhadap situasi atau peristiwa tertentu. Pesimis diidentikkan dengan sikap seseorang yang mudah menyerah, tidak percaya diri, dan sudah menyerah sebelum mencoba. Perasaan tersebut biasanya akan muncul ketika seseorang menghadapi berbagai tantangan di dalam hidupnya. Mereka terlalu takut sehingga bersikap negatif terhadap sesuatu yang akan terjadi.
Pesimis adalah sikap yang ditunjukkan saat seseorang berpandangan negatif dan tidak memiliki harapan yang baik. Hal tersebut tidak termasuk ke dalam penyakit mental, tetapi sifat di mana seseorang memiliki pandangan hidup yang lebih negatif.
Beberapa orang mungkin mengatakan sikap pesimis merupakan sikap yang lebih realistis. Seorang pesimis biasanya akan berpikir bahwa segala sesuatu tidak akan menciptakan hasil yang menyenangkan dan seringkali curiga ketika sesuatu tampak berjalan dengan baik.
Sikap pesimis adalah kebalikan dari sikap optimis. Ketika seseorang memiliki sikap yang optimis, maka orang tersebut akan berpandangan positif dan mempunyai harapan yang baik di segala hal.
Sikap optimis maupun pesimis yang kita tunjukkan ternyata akan berpengaruh terhadap kehidupan kita. Sikap diri yang selalu pesimis juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental serta fisik.
Dilansir dari laman “Very Well Mind”, seseorang yang memiliki sikap pesimistis cenderung memiliki lebih sedikit dukungan sosial. Selain itu, mereka juga akan lebih mudah menyerah ketika menjalankan suatu hal sehingga hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Deadly Trivial (Hal Sepele yang Mematikan)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 17:40-58. Sahabat, sikap pesimis sering kali terlihat sebagai hal yang sepele tetapi sesungguhnya mematikan. Mengapa? Karena sikap pesimis itu ibarat orang yang kalah sebelum bertanding. Sikap pesimis lebih melihat dan mengandalkan kemampuan diri sendiri, mereka lupa bahwa ada Allah yang Mahakuasa yang beserta dengan kita. Mereka hidup karena melihat bukan karena percaya.
Dalam pertarungan Daud dan Goliat, ungkapan spontan “Tidak mungkin …!” Muncul dari setiap mulut para tentara Filistin ketika melihat Daud yang muda. Orang Filistin meyakini kemenangan pasti ada di pihak mereka karena memiliki seorang prajurit tinggi dan besar, membawa lembing dan tombak (Ayat 45), berperisai dan berbaju perang (Ayat 41). Di pihak Israel, mereka hanya diwakili seorang anak muda (Ayat 42), dan belum pengalaman dalam peperangan, hanya bersenjata tongkat dan umban batu (Ayat 43). Karena itulah, Goliat menghina Daud (Ayat 41).
Di sini kita melihat perbandingan yang tidak seimbang dalam postur tubuh, pengalaman perang, kelengkapan, dan kualitas senjata. Namun, Daud meletakkan kekuatannya bukan pada keahlian mengumban batu dan melumpuhkan binatang buas, tetapi kepada Allah Sang Pencipta dan Pemelihara semesta (Ayat 45-47).
Umban batu, yang diremehkan dan ditertawakan Goliat dan banyak orang, membawa kemenangan besar bagi Daud dan Israel. Apa yang dihina Goliat menjadi kehinaan bagi dirinya sendiri. Ini menegaskan bahwa Allah, Sang Mahakuasa, telah menyatakan kebesaran-Nya melalui hal-hal kecil yang dianggap sepele oleh banyak orang. Hal yang kecil di tangan Allah telah menjadi perkara yang sangat besar dalam sejarah Israel. Daud dianggap kecil, tetapi mempunyai iman yang sangat besar kepada Allah. Allah dapat memakai yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin.
Sahabat, mari belajar dari Daud yang hidup karena PERCAYA bukan karena melihat. Fokus dan pandangan Daud bukan kepada Goliat, Sang Raksasa, tapi kepada Allah yang Mahakuasa yang menyertainya. Daud dengan optimis meju menghadapi Goliat karena dia berpijak pada pengalamannya bersama Allah ketika dia menjalani hidup sebagai seorang gembala domba.
Karena penyertaan Allah, kita menjalani hidup dengan optimis. Bersama dengan Allah kita berani menghadapi masalah apa pun yang ada di depan kita. Inilah yang menjadi moto hidup kita: Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Selanjutnya, izinkan Allah yang mengerjakan perkara besar-Nya bagi kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 45?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kalau dulu Tuhan menolong Daud, sekarang pun kita percaya Tuhan pasti akan menolong kita, karena Dia adalah Tuhan yang tidak berubah! (pg).