+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

Being A Brother in the Difficult Times

Being A Brother in the Difficult Times

SAHABAT SEJATI. Banyak persepsi tentang sahabat sejati, coba kita simak pernyataan Hellen Keller, seorang penulis yang buta dan tuli asal Amerika: “Berjalan dengan seorang sahabat di kegelapan lebih baik daripada berjalan sendirian dalam terang.”

Dalam menjalani kehidupan ini, kita akan bertemu banyak orang. Kita akan bertemu teman-teman baru, saling bergaul, kemudian akrab dengan seseorang yang paling cocok dengan kita. Saat kita sudah menemukan teman yang paling sesuai dengan kita, maka kita menyebutnya sebagai sahabat sejati.

Sahabat sejati adalah orang yang selalu bisa menerima kita apa adanya. Seseorang yang selalu mau menerima keluh kesah ketika kita ada masalah. Seseorang yang tidak pernah menjelekkan atau menceritakan aib sahabatnya kepada oang lain.

Sahabat sejati adalah seseorang yang selalu memercayai kita, seseorang yang tidak akan pernah berkhianat dengan kita. Sahabat sejati adalah seorang yang selalu menasihati saat kita berbuat salah. Seorang yang selalu memberikan semangat dan dorongan saat kita terpuruk. Seorang yang ikut bahagia saat kita meraih keberhasilan, dan seorang yang  akan menangis saat kita mendapat musibah.

Mendapatkan sahabat sejati yang selalu mengerti setiap keadaan kita, baik senang maupun susah merupakan anugerah Tuhan yang  indah dalam hidup.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Being A Brother in the Difficult Times (Menjadi Saudara di Masa Sulit)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 20:1-43 dengan penekanan pada ayat 42. Sahabat, salah satu kisah persahabatan yang paling indah dicatat dalam Alkitab adalah persahabatan Yonatan dan Daud.

Dalam 1 Samuel 18:3 disebutkan Yonatan mengasihi Daud seperti dirinya sendiri. Yonatan adalah putra mahkota kerajaan Israel, anak tertua raja Saul. Meskipun ada perbedaan status sosial yang sangat mencolok antara dia dan Daud yang hanyalah seorang gembala kambing dan domba. Dalam sebuah peristiwa ketika akan maju berperang Yonatan memberikan jubah yang dipakainya bersama baju perang, pedang, panah, dan ikat pinggang. 

Padahal jubah dan perlengkapan perang adalah lambang kehormatan dan kedudukan. Yonatan bahkan sampai rela mempertaruhkan nyawanya demi Daud. Bagi Yonatan prinsip hidupnya sederhana,  ia rela berkorban demi sahabatnya.

Sahabat, ujian terberat dalam persahabatan antara Yontan dan Daud adalah ketika Saul ayah Yonatan menyatakan sikap menjadikan Daud tidak hanya sebagai musuh pribadinya tetapi juga musuh negara. Saul berusaha melenyapkan Daud dari kehidupannya akibat kecemburuannya yang sangat besar terhadap keberhasilan Daud, selain itu juga untuk menjaga status dan kedudukannya dalam kerajaan. Saul melihat Daud sebagai ancaman bagi mahkotanya.

Yonathan pasti berada di sisi yang sulit. Kalau ia memilih Daud maka ia akan dicap anak  durhaka, jika ia memilih berdiri di sisi ayahnya ia mengkhianati hati nuraninya sebagai seorang sahabat yang telah berjanji menjaga dan mengasihi sahabatnya.

Sahabat,  Yonatan adalah seorang manusia yang memiliki komitmen tinggi kepada kebenaran. Ia memilih di sisi Daud bukan karena Daud sahabatnya tetapi karena Daud ada di pihak yang benar. Untuk itu tidak ada pilihan lain dia harus melawan, meskipun itu ayah kandungnya.

 Marilah kita belajar menjaga hati dan pikiran kita seperti Daud dan Yonatan. Daud tidak membenci Yonatan karena perbuatan ayahnya yang tidak adil, dan Yonatan tidak memihak Saul meski itu ayah kandungnya. Persahabatan sejati justru teruji melalui peristiwa-peristiwa besar, dan penuh pergumulan.  Benarlah apa yang dinyatakan oleh Pengamsal: “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17).

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami tentang Sahabat Sejati?


Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sahabat sejati tidak memaksa engkau memercayainya, tetapi ia memastikan engkau memercayai Allah. (pg).

Leave a Reply