Without God, Man Perishes
BINASA. Sahabat, ada cukup banyak orang memahami kata binasa dalam arti lenyap, hilang, musnah, atau meninggal dunia. Itu pengertian yang sangat terbatas. Pengertian itu sangat sempit dan dangkal sehingga belum mewakili keadaan yang sebenarnya dari kebinasaan itu sendiri. Sesungguhnya kata binasa menunjukkan keadaan yang sangat mengerikan atau keadaan paling mengerikan yang dapat dialami oleh manusia. Keadaan itu sebenarnya tidak bisa digambarkan dengan cara apa pun atau dengan kalimat bagaimanapun
Kata binasa sebenarnya berarti tidak memiliki nilai sama sekali. Itu adalah keadaan seseorang yang tidak berarti atau tidak memiliki nilai sama sekali. Bagaimana seorang manusia dapat dikatakan tidak bernilai? Yaitu kalau seseorang terpisah dari Allah dan tidak mendapat kesempatan lagi untuk diperdamaikan dengan Allah. Kebinasaan atau binasa adalah keadaan seseorang tidak mendapat kesempatan lagi untuk diperdamaikan dengan Allah, ini berarti terpisah dari hadirat Allah, atau terhilang dari hadirat Allah selamanya. Itu adalah kedahsyatan yang luar biasa, keadaan yang tidak terbayangkan, kedahsyatan yang tidak bisa dikira-kira dengan pikiran manusia hari ini. Betapa dahsyat dan mengerikan keadaan itu. Tetapi fakta ironis yang kita lihat dan kita temukan hari ini, ada cukup banyak orang tidak takut terhadap realitas tersebut.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hakim-Hakim dengan tema: “Without God, Man Perishes (Tanpa Tuhan, Manusia Binasa)”. Bacaan Sabda diambil dari Hakim-Hakim 19:1-30. Sahabat, bacaan kita pada hari ini memperlihatkan kemerosotan moral yang luar biasa yang terjadi karena bangsa Israel telah meninggalkan Tuhan. Kemerosotan moral tersebut memiliki kemiripan dengan kemerosotan moral di kota Sodom pada zaman Lot.
Perhatikan bahwa perkataan “kami pakai” di kedua bagian Alkitab berikut menunjuk kepada hubungan homoseksual (Hakim-hakim 19:22, Kejadian 19:5). Dalam kedua teks Alkitab tersebut, tuan rumah menawarkan anak perempuan mereka untuk diperkosa sebagai pengganti tamu laki-laki (Hakim-hakim 19:24, Kejadian 19:8). Hal itu menunjukkan penghargaan yang sangat rendah terhadap kaum perempuan. Sungguh keterlaluan bahwa tamu laki-laki dianggap lebih berharga daripada anak perempuan!
Dalam bacaan kita pada hari ini, Si Orang Lewi mencoba menghindari Yebus karena ia berpikir orang-orang Yebus tidak mengenal Tuhan. Maka, walaupun hari sudah malam, ia tetap meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di Gibea Benyamin. Ia mengira lebih aman menginap di antara sesama orang yang beribadah kepada Tuhan. Namun ia salah duga. Tidak ada orang Benyamin yang menawarinya tempat bermalam. Mereka malah berlaku seperti orang Sodom yang hendak memperkosa laki-laki malang itu. Rupanya sebagian orang Israel mengadopsi gaya hidup bangsa-bangsa yang tidak kenal Allah.
Sikap Si Orang Lewi terhadap gundiknya juga amat keterlaluan. Gundiknya itu dia ambil dari rumah orang tuanya. Akan tetapi, saat menghadapi bahaya, ia menangkap gundiknya, lalu menyerahkan gundiknya pada orang-orang dursila untuk diperkosa, sedangkan dia sendiri bisa tidur nyenyak sehingga tidak sadar saat gundiknya kembali dan kemudian tergeletak dalam keadaan tewas di depan pintu rumah (Ayat 26-27).
Sahabat, kita lihat bahwa tanpa kehadiran Tuhan, manusia benar-benar tak punya harapan. Setelah puluhan tahun mengalami periode gemilang di bawah pimpinan Musa dan Yosua, sekejap ditinggalkan pemimpinnya bangsa Israel langsung jatuh ke dalam keterpurukan sehingga tak ada bedanya dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Kita perlu menyadari bahwa bila manusia, dibiarkan sendirian, tidak akan tiba kepada Allah. Tanpa Tuhan, manusia binasa. Karena itulah Kristus harus datang dan menebus kita supaya akhirnya kita memiliki jalan agar tiba pada keselamatan yang dari Allah. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari kata binasa?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ketaatan kepada Tuhan menuntut kita menyangkali diri setiap hari, menyalibkan hawa nafsu kedagingan dan memiliki penyerahan diri total kepada Tuhan. (pg).