The Danger of the Pragmatism Idols
PRAGMATISME. Sahabat, istilah pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata pragma. Kata ini memiliki banyak arti antara lain: Fakta, benda, materi, sesuatu yang dibuat, kegiatan, tindakan, akibat atau pekerjaan. Dari kumpulan arti tersebut, pragmatisme diberi pengertian sebagai pemikiran yang mengutamakan fungsi gagasan di dalam tindakan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pragmatisme berarti: 1. kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan, dan sebagainya), bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia; 2. Paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh dan berubah terus; 3. Pandangan yang memberi penjelasan yang berguna tentang suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis.
Pragmatisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa pemikiran itu mengikuti sebuah tindakan seseorang. Secara istilah, pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah sesuatu itu mempunyai kegunaan bagi kehidupan nyata, dan patokannya prgamatise ialah manfaat bagi kehidupan praktis.
Sahabat, pragmatisme merupakan sifat atau ciri seseorang yang cenderung berfikir praktis, sempit dan instan. Orang yang mempunyai sifat pragmatis menginginkan segala sesuatu yang dikerjakan atau yang diharapkan segera tercapai tanpa mau berpikir panjang dan tanpa melalui proses yang lama, sehingga kadang hasilnya itu meleset dari tujuan semula.
Biasanya sifat itu identik dengan orang yang kurang penyabar dan ambisius. Biasanya orang yang ambisius selalu melakukan sesuatu atau melakukan perubahan secara cepat, maka tidak heran kalau orang seperti itu mempunyai keinginan yang kuat dan tidak mau dikalahkan oleh orang lain. Sayangnya, sifat ambisius itu cenderung bersifat ke hal yang negatif, mereka melakukan segala macam cara untuk mencapai keinginannya.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hakim-Hakim dengan topik: “The Dangers of Pragmatism Idols (Bahaya Berhala Pragmatisme)”. Bacaan Sabda diambil dari Hakim-Hakim 18:1-31. Sahabat, saat ini dunia menuntut kita untuk melihat segala sesuatu dari perspektif untung atau rugi. Bahkan tidak jarang dalam mengikut Tuhan pun, kita menghitung-hitung kembali, apa keuntungan dan kerugiannya.
Hal ini jugalah yang terjadi pada orang Lewi dalam bacaan kita pada hari ini. Orang Lewi ini adalah imam bagi Mikha, seorang penyembah berhala (Hakim-Hakim 17:12). Dengan berani ia mengatasnamakan Allah dalam menyampaikan nubuat kepada bani Dan. Padahal, Allah tidak menyatakan apa pun kepadanya.
Kemudian dalam perjalanan keimamannya, orang suku Dan menawarkan kepadanya untuk menjadi imam bagi mereka serta menjadi kaum di antara orang Israel. Orang Lewi ini menyetujuinya karena tawarannya sangat menguntungkan (Ayat 19-20). Ia pun meninggalkan Mikha dan membawa jarahan efod, terarium, dan patung pahatan milik Mikha serta mengikut suku Dan.
Sahabat, orang Lewi, yang seharusnya menjadi imam bagi umat Tuhan dan melayani Allah, terjebak dalam mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Akhirnya, segala pekerjaannya menjadi sia-sia karena orang Lewi tersebut tidak menjadi imam yang sah bagi suku Dan. Karena itu, Yonatan bin Gersom bin Musa ditunjuk untuk mengisi jabatan tersebut.
Orang percaya pada masa kini juga tak jarang bertindak seperti orang Lewi dalam bacaan kita pada hari ini. Ada cukup banyak orang percaya datang ke gereja hanya karena menginginkan berkat Tuhan. Selama menguntungkan, mereka mau pergi ke gereja. Namun, begitu risiko kerugian muncul, mereka menghilang dari gereja. Tidak jarang pula orang percaya melayani hanya untuk aktualisasi diri dan popularitas.
Sahabat, mengikut Tuhan membuat kita harus menyangkal diri dan tidak melihat kepercayaan kepada Tuhan dalam kacamata untung atau rugi. Kita harus menjadi orang percaya yang percaya kepada-Nya secara tulus. Bagi kita, Ia adalah satu-satunya Allah serta pusat pelayanan kita. Mari kita jauhkan motivasi untung atau rugi dari hati kita, sehingga ibadah dan pelayanan kita murni di hadapan-Nya. Kita mesti bersabar pada saat menapaki jalan mulia dan kudus. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang pragmatisme?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita harus mewaspadai diri kita sendiri. Janganlah kita melayani hanya untuk keuntungan diri, melainkan agar pekerjaan dan kuasa Tuhan dinyatakan di dalam kita. (pg).