Teach your Children
MENDIDIK ANAK. Sahabat, sesungguhnya mendidik anak menjadi pekerjaan utama setiap orang tua. Pendidikan anak dimulai dari rumah. Mendidik anak yang baik dengan disiplin yang baik, yang penuh kasih sayang, akan membawa dampak dan manfaat bagi keluarga itu sendiri. Didikan yang baik akan menjadi pola hidup anak, baik di keluarga, di tengah-tengah masyarakat, pekerjaan, studi dan juga gereja.
Anak adalah manusia ciptaan Tuhan yang luar biasa. Anak pertama-tama meniru apa yang dilihatnya di rumah. Jika ayah dan ibunya bertingkah laku baik, maka anak pun akan meniru kebaikan itu dalam dirinya dan melakukannya untuk dirinya dan orang lain. Karena itu kita harus mengajar anak dari apa yang kita lakukan sehari-hari di rumah. Intinya adalah apa yang kita didik di rumah akan ditiru anak di dalam pergaulannya sehari-hari baik di sekolah, kampus, pekerjaan, masyarakat dan gereja.
Soal mendidik anak, terutama zaman sekarang, bukanlah hal yang mudah. Kemajuan teknologi, pengaruh pergaulan yang semakin besar, belum lagi waktu orang tua yang semakin sedikit untuk anak-anaknya, akibat harus mencari nafkah buat keluarga.
Pendidikan anak, harus dimulai dari keluarga, orang tua yang tidak menjadi contoh yang baik dan benar, tidak menjadi teladan bagi anak-anaknya, nasihat dan ajarannya tidak akan diikuti oleh anak-anaknya.
Jika kita mendidik anak dengan baik dan benar, maka pengamsal berkata kita akan menerima faedahnya, “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (Amsal 29:17).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Teach your Children (Didiklah Anakmu)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 2:27-36. Sahabat, Charles Williams, seorang pakar di bidang anak, mengatakan: “Anak yang berusia 2 tahun adalah majikan Anda, pada usia 10 tahun adalah budak Anda, pada usia 15 tahun adalah kembaran Anda, dan setelah itu akan menjadi kawan Anda atau musuh Anda, tergantung bagaimana Anda membesarkannya.” Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa bila orang tua salah dalam mendidik anak mendatangkan kesusahan, bahkan malapetaka bagi segenap keluarga.
Kasus salah didik juga terlihat dalam keluarga Imam Eli, Ketidaktegasannya dalam mendisiplin anak-anaknya berujung pada penghukuman Tuhan bagi segenap keluarga dan keturunannya. Imam Eli sendiri mendapat hukuman berat karena ia tidak mendidik anak-anaknya dengan tegas. Eli membiarkan anak-anaknya memandang rendah korban sembelihan umat kepada Tuhan (Ayat 29). Apalagi, “Eli mengetahui dosa-dosa mereka itu, tetapi mereka tidak dimarahinya” (1Samuel 3:13). Sikap lemah seperti itu membuat Hofni dan Pinehas tidak bisa lagi dikendalikan sehingga mereka menjadi anak-anak yang tidak mengindahkan Tuhan (1Samuel 2:12).
Sahabat, akibatnya Imam Eli tidak dapat lagi disebut melayani Tuhan. Ia disebut tamak (Ayat 29a). Dalam dosa keserakahan itu, wajarlah jika ia lebih menghormati anak-anaknya dari pada menghormati Tuhan. Dosa itulah yang menyebabkan Tuhan membatalkan janji-Nya sehingga keluarga Eli tidak dapat lagi melayani Tuhan (Ayat 30). Tuhan mengutuk keluarga itu turun-temurun sehingga tidak berumur panjang (Ayat 31). Jika ada yang hidup sekalipun, maka ia akan meminta-minta untuk menjabat sebagai imam, demi perutnya yang lapar (Ayat 36). Sungguh tragis.
Maka sangat benar apa yang dinyatakan oleh Pengamsal, “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (Amsal 29:17). Ingatlah bahwa Tuhan memberi otoritas kepada orang tua untuk mendidik anak dengan penuh kasih, dan dengan tujuan agar hidupnya memuliakan Tuhan. Maka gagal mendisiplin anak berarti lalai dalam mengasihi mereka. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari Amsal 29:17?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mengasihi anak sudah selayaknya, tetapi jangan menomorduakan Tuhan. (pg).