MERASA SEMPURNA
Saudaraku, kadang kala perasaan manusia bisa keliru karena ukuran yang dipakai seseorang untuk melakukan sesuatu kadang masih kurang sesuai dengan apa yang diharapkan orang lain. Mari belajar dari anak muda yang berdialog dengan Yesus dalam Matius 19:16–23.
Rasa rindu untuk menerima kehidupan kekal, mendorong seorang konglomerat muda datang kepada Yesus. Ia merasa sudah mematuhi semua aturan dan layak untuk mendapatkan hidup kekal. Namun jawaban Yesus memaksanya mengevaluasi kembali keinginannya:
- Diminta untuk menjual semua miliknya.
Menjual milik menunjukkan totalitas untuk melepaskan apa yang menjadi gantungan dan jaminan kehidupannya. Sebagai seorang yang sudah kaya sejak muda, hal ini merupakan tantangan besar untuknya. Yesus memintanya untuk melepaskan ketergantungan pada penghidupannya.
- Memberikan semua uang hasil menjual propertinya kepada orang miskin
Melengkapi kesempurnaan untuk mendapat hidup kekal, Yesus menantangnya untuk mau memberikan hasil penjualan kekayaannya kepada orang miskin, yang tidak akan pernah bisa mengganti pemberiannya. Murni charity, bukan investasi. Pemuda itu ditantang untuk berani melepaskan kenyamanan dan jaminan duniawinya.
- Datang dan mengikut Yesus
Meninggalkan keluarga, circle-nya, harta dan pekerjaannya untuk mengikut Yesus adalah tantangan terakhir yang terberat. Pemuda itu ditantang untuk mengalihkan fokus dari diri sendiri, kepada Yesus saja. Mengikut Yesus berarti meninggalkan kenyamanan dan hidup bergantung kepada-Nya.
Sang pemuda terkulai lemas karena ia ternyata tak sesempurna perkiraannya. Terlalu sulit untuk melepaskan kenyamanannya untuk bergantung sepenuhnya kepada Yesus. Ia memang sudah melakukan hukum Taurat, namun ia belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan terhadap miliknya.
Saudaraku, dari dialog ini dapat disimpulkan bahwa ukuran kesempurnaan menurut Yesus adalah keberanian seseorang menggantungkan diri kepada-Nya sepenuhnya. Bukan berarti bahwa Yesus ingin memiskinkan orang, namun lebih meminta sesorang berani untuk memberikan diri sepenuh hati kepada-Nya. Manusia bisa saja melakukan hukum secara lahiriah dan merasa sudah melakukan semua kewajiban namun Allah menginginkan keseluruhan fokus hidup manusia. Kehidupan kekal didapat bila manusia berani menyerahkan hidup kepada Sang Kekal. Semua hukum dan aturan Firman bisa dilakukan dan diikuti namun akan menjadi sempurna bila manusia menyertakan seluruh hatinya dan berani mengorbankan diri untuk bergantung kepada Allah. Mari terus berjuang menuju kepada kesempurnaan. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)