+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

Understanding the Explanation of Others

Understanding the Explanation of Others

KONFLIK. Konflik terjadi karena ada kesalahpahaman antar dua pihak atau lebih. Masing-masing pihak mengutamakan pendapatnya sendiri, sementara pihak yang berseberangan harus dihancurkan. Padahal, untuk meredakan suatu konflik, kita perlu membangun situasi saling memahami. 

Konflik secara etimologi berasal dari kata kerja Latin yaitu “con” yang artinya bersama dan “fligere” yang artinya benturan atau bertabrakan. Secara umum, konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan pemerintah.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, gagasan, dan lain sebagainya. 

Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,  konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik juga timbul karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan sosial, seperti kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang yang kemudian menimbulkan masalah-masalah diskriminasi.

Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “Understanding the Explanation of Others (Memahami Penjelasan Orang Lain)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 22:9-34. Sahabat, Yosua memerintahkan bani Ruben, bani Gad, dan suku Manasye yang setengah, pergi ke Gilead, tanah milik mereka. 

Mereka kembali sebagai umat Allah yang hidup dengan mengikuti segala perintah Musa. Ketiga suku Israel ini berangkat menuju ke seberang sungai Yordan (Ayat 9). Dalam perjalanan, mereka mendirikan mezbah besar menghadap ke Kanaan di Gelilot (Ayat 10-11). Hal tersebut dipandang salah oleh umat Israel lainnya. Alasannya, itu dianggap meniru penyembahan berhala di Kanaan atau memberontak kepada Allah.

Imam Pinehas bin Eleazar dan sepuluh pemimpin suku Israel diutus menemui mereka. Tujuannya meminta mereka untuk kembali setia kepada Allah (Ayat 13-19). Mereka juga diingatkan akan murka Allah jika berkhianat kepada-Nya (Ayat 20).

Sahabat, kemudian Bani Ruben, Gad, dan suku Manasye yang setengah mencoba menjelaskan maksud membangun mezbah tersebut. Mereka ingin mengingat identitasnya sebagai umat Allah serta bertekad untuk patuh kepada-Nya. Atas penjelasan itu, umat Israel memuji kebesaran Allah (Ayat 33).

Perbedaan gagasan dari dua pribadi merupakan hal wajar. Tuhan memberi kita kemampuan berpikir dan mengambil keputusan. Ini adalah anugerah Allah. Jadi, kita belum tentu merupakan pihak yang paling benar. Kita membutuhkan kerendahan hati agar memahami penjelasan pihak lain. 

Sahabat, dengan jalan demikian, setiap pribadi dimampukan untuk peka pada kehendak Allah dan bukan mengutamakan kehendaknya sendiri. Kehidupan akan terasa indah jika ada sikap saling memahami. Mari kita berusaha dengan sungguh-sungguh menjadi pribadi rendah hati. Jadi, kita jangan selalu merasa sebagai pihak yang paling benar. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Tolong ceritakan secara singkat pengalaman Sahabat dalam menyelesaikan konflik di keluargamu.

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Manusia harus mengembangkan metode penyelesaian konflik kemanusiaan yang menentang balas dendam, serangan, maupun pembalasan. Dasar dari metode seperti itu ialah kasih sayang.” (Martin Luther King). (pg)

Leave a Reply