RENCANA GEMILANG UNTUK SANG PECUNDANG
Saudaraku, sebuah meme di salah satu situs mengatakan : “Watuk iso diobati, watak iku digowo mati.” Kalimat tersebut berbicara tentang karakter manusia yang akan hidup dalam manusia itu sepanjang hayatnya. Seorang pecundang akan terus menjadi pecundang. Mari membaca Matius 9:9-13.
Orang Yahudi dikenal sebagai bangsa yang sangat menjaga identitasnya sebagai bangsa pilihan Allah. Apa pun yang bukan berasal dari kalangan mereka, akan diterima dengan prasangka dan bahkan ditolak mentah-mentah. Maka dalam pengembangan Hukum Taurat, ada berbagai pemisahan antara yang halal dan haram. Salah satu pekerjaan yang dianggap haram adalah memungut pajak, sehingga pelakunya dikategorikan sebagai orang berdosa, seorang pecundang. Hal ini dikarenakan :
- Pemungut cukai bekerja untuk orang Romawi
Pemerintah Romawi adalah orang asing dan tidak bersunat. Haram hukumnya untuk bekerja dengan orang non Yahudi.
- Mengambil uang lebih dari pajak yang seharusnya
Sudah ada aturan dalam Taurat bahwa sesama Yahudi tidak boleh mengambil untung dari pinjaman (Ulangan 23:19-20)
- Cara mereka mengambil pajak seringkali dengan kekerasan
Tekanan kerja kepada pemerintah membuat pemungut cukai seringkali melakukan Tindakan apa pun untuk memenuhi target kerjanya, termasuk memaksa, mengancam dan merampas.
Membaca alasan itu saja sudah cukup membuat pemungut cukai mengalami diskriminasi dan masuk daftar pekerjaan yang menjadi musuh masyarakat. Yesus sendiri menyadari hal itu. Maka Ketika Yesus memanggil Matius menjadi pengikut-Nya, Yesus menerima kecaman dari para Penjaga Taurat yaitu orang Farisi (Matius 9:11).
Mari kita renungkan jawaban Yesus dalam ayat ke 12–13:
- Yesus menerima realita bahwa Matius memang pecundang.
Kenyataan bahwa Matius memang berdosa diakui oleh Yesus. Sebagai Yahudi, Yesus juga memiliki pemikiran yang sama dengan orang Yahudi pada umumnya. Kenyataan itu tidak ditolak oleh-Nya. Para Farisi mengingatkan Yesus tentang status Matius karena memang orang seperti Matius tidak akan pernah menjadi perhatian bagi para Rabi apalagi dijadikan murid. Bibitnya sudah buruk, begitu ibaratnya.
- Yesus memanggil Matius untuk sebuah tujuan yang gemilang
Realitas yang memang buruk tidak membuat Yesus menyerah dengan Matius. Yesus memberikan jawaban yang menohok kepada orang Farisi bahwa orang berdosa membutuhkan orang yang paham Firman untuk membimbing sehingga mereka mencapai kesadaran. Proses membimbing membutuhkan hati. Orang Farisi punya otak cerdas karena tahu baik dan buruk namun bagi Allah itu tidak cukup. Allah ingin tiap manusia saling memerhatikan dan menolong sehingga yang orang yang ditolong mencapai kesadaran tentang Allah.
Saudaraku, Yesus menyentuh pecundang untuk menjadi pemenang. Sapaan, penerimaan dan kepercayaan Yesus kepada Matius berbuah manis. Matius menjadi rasul yang luar biasa dan setia dengan pelayanannya. Tradisi gereja mengatakan Matius menjadi misionaris di Ethiopia. Bahkan Injil yang kita renungkan ini adalah tulisan Matius, mantan pecundang itu.
Bila Saudaraku saat ini merasa menjadi pecundang dalam kehidupan, dengarlah Kembali sapaan Yesus yang memanggil untuk menjadi pengikut-Nya dan Kembalilah untuk hidup dalam lingkaran kesadaran Allah. Bila Saudaraku saat ini melihat pecundang di sekitar saudara, ingatlah bagaimana Yesus memandang Matius. Yesus datang kepada Matius bukan untuk berkompromi, namun menjadi Rekan sejati untuk mengintrospeksi diri.
Siapa bilang pecundang akan hilang? Di tangan Yesus, pecundang akan masuk dalam rencana Allah yang gemilang. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)