The Revealed Disgrace
AIB. Sahabat dan saya tentu memilikinya. Sesuatu yang memalukan. Noda yang ingin kita tutupi. Catatan yang ingin kita kubur dalam-dalam. Mungkin itu berupa masa lalu yang kelam, latar belakang keluarga, kekurangan secara fisik, dan sebagainya. Kita takut tidak diterima orang lain. Kita berusaha memolesnya dengan berbagai hal yang akan dipandang baik oleh orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) aib artinya: Malu; cela; noda; salah; keliru. Bagi saya, hanya manusia yang sombong yang berani menyatakan bahwa dirinya merupakan manusia yang bersih, manusia yang tidak pernah salah, atau manusia yang tidak punya noda.
Secara umum, orang memiliki kecenderung untuk menutupi aib, karena aib bisa menjatuhkan reputasi, harkat, dan martabat dirinya. Walau demikian, ada juga orang tertentu yang justru senang mengumbar aib dan kekurangan dirinya dengan penuh rasa bangga dan menggunakannya untuk meningkatkan rating dirinya di hadapan orang lain.
Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “The Revealed Disgrace (Aib yang Terungkap)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 22:1-31. Sahabat, Allah Israel adalah Allah yang Mahabijak dan Mahakuasa. Saat Ia menjatuhkan hukuman, semuanya itu memiliki dasar keadilan-Nya. Kebebalan dan tegar tengkuk membuat bangsa Israel tidak mengetahui mengapa mereka dihukum Allah. Dalam hal ini, Allah melalui mulut Yehezkiel membongkar semua aib yang dilakukan umat-Nya.
Yerusalem tidak lagi dikenal sebagai kota suci untuk nama Allah berdiam di sana. Orang-orang Israel tidak disebut dengan bangsa yang kudus. Allah menyebut kota kebanggaan mereka sebagai kota penuh utang darah (Ayat 1-3). Bangsa Israel dipandang Allah sebagai kaum yang tercemari oleh kenajisan dan kekejian. Dengan sengaja umat Allah meniru dan melakukan semua gaya hidup bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Semakin mereka hidup dalam dosa, semakin cepat penghakiman Allah datang dalam hidup mereka (Ayat 4a-b). Allah melakukan pembiaran agar penghakiman-Nya menjadi aib bagi bangsa Israel untuk dikutuk oleh seluruh bangsa (Ayat 4c-5).
Sahabat, ada beberapa aib bangsa Israel yang dibongkar Allahi: Pertama, dengan kekuasaan mereka memeras dan menindas sesamanya (Ayat 6-7, 12-13, 25, 27, 29). Kedua, menajiskan kekudusan hukum Taurat dan hari Sabat dengan cara menyembah berhala dan perbuatan mesum (Ayat 8-11, 26). Ketiga, memberi ramalan palsu atas nama Allah yang kudus (Ayat 28). Walau begitu, Allah masih berupaya mencari seorang yang hidup kudus di hadapan-Nya. Namun Ia kecewa karena umat-Nya telah bobrok (Ayat 30).
Sebagai konsekuensinya, geram dan api murka Allah ditimpakan kepada umat Israel (Ayat 31). Walau telah dibuang ke bangsa lain, mereka tidak bertobat melainkan semakin bejat. Perilaku mereka dilukiskan dengan kotoran logam (sanga) yang tiada gunanya selain dilebur sampai lenyap (Ayat 14-18). Dalam amarah-Nya, Allah mengumpulkan mereka agar kehidupan umat-Nya penuh bara api murka Allah (Ayat19-22) seperti tanah yang tandus dan kering yang tidak menerima hujan (Ayat 24).
Sahabat, kita memang tidak dapat mengendalikan pendapat orang lain. Namun, kabar baiknya, kita tak perlu mendapatkan penerimaan dari manusia siapa pun agar bisa hidup bahagia! Yesus datang untuk menggantikan segala aib kita dengan kebenaran-Nya sehingga kita dapat diterima oleh Allah. Bukankah itu jauh lebih penting daripada diterima oleh manusia? Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Tulislah dengan bahasamu sendiri pemahamanmu tentang aib.
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Orang menerima kita jika kita memenuhi standar mereka. Tuhan menerima kita dengan kasih tak bersyarat. (pg).