Temptation from the Social Environment
LINGKUNGAN SOSIAL. Pengalaman hidup kita bercerita bahwa lingkungan sosial menjadi salah satu faktor penentu dalam memilih rumah untuk tempat tinggal. Mengapa? Lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya aktivitas sehari-hari. Lingkungan sosial menjadi faktor penentu terhadap perubahan-perubahan perilaku yang terjadi pada setiap individu atau kelompok. Lingkungan keluarga, teman sebaya, serta lingkungan tempat tinggal akan membentuk perilaku dalam diri setiap individu. Lingkungan sosial yang baik akan membentuk pribadi yang baik, karena perilaku dan kepribadian seseorang cerminan dari lingkungan sosial yang ia tempati.
Keluarga menjadi lingkungan sosial yang pertama kali dikenal seorang individu sebelum terjun pada lingkungan sosial lainnya yang lebih besar. Kepribadian yang terbentuk pada anak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialnya serta didasari oleh berbagai faktor berlangsungnya interaksi sosial. Ketika seorang anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, maka secara tidak langsung kepribadian akan timbul berdasarkan hasil interaksi tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran lingkungan sosial dalam membentuk kepribadian seseorang.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Temptation from the Social Environment (Godaan dari LIngkungan Sosial)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 20:30-44 dengan penekanan pada ayat 30. Sahabat, dalam Roma 12:2 Rasul Paulus berpesan bahwa walau kita tinggal dan berada di dalam dunia, tetapi kita tidak boleh sama dengan dunia ini. Sama seperti ikan di laut, walau ikan tinggal di dalam air asin, tetapi tubuhnya tidak asin selama hidup. Tetapi saat ikan di laut mati maka tubuhnya diberikan garam agar bisa awet. Kita memang diutus Tuhan ke tengah-tengah dunia, tapi kita tidak boleh menjadi serupa dengan dunia.
Sangat disayangkan saat ini ada cukup banyak orang percaya, tetapi masih menyimpan berhala atau memiliki berhala-berhala dalam hidupnya. Memang setiap Minggu mereka masih rajin pergi ke gereja, namun sesungguhnya mereka mencintai hartanya lebih daripada cintanya kepada Tuhan. Hati mereka telah terpaut kepada harta. “… di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21).
Padahal Tuhan Yesus dengan jelas menyatakan: “… Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24). Ada pula mereka yang tampak aktif terlibat dalam berbagai pelayanan gerejawi, namun sesungguhnya mereka melakukannya bukan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, tetapi supaya dilihat orang, dipuji, dihormati dan memiliki reputasi baik di mata orang-orang di sekitarnya. Sesungguhnya mereka telah memberhalakan dirinya sendiri.
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan, yang dikuduskan untuk menjadi umat yang beribadah kepada-Nya. Namun mereka telah tergoda dengan lingkungan sosial, ketika melihat kehidupan bangsa-bangsa lain yang menyembah kepada berhala, mereka pun terpengaruh dan akhirnya hati mereka menjadi bercabang dua: Kepada Tuhan dan juga berhala. Artinya mereka tidak meninggalkan Tuhan sepenuhnya, tapi mereka juga menyembah kepada berhala-berhala.
Tak terhitung banyaknya Tuhan menegur dan memperingatkan, sebentar saja bertobat tapi kemudian berbalik lagi kepada berhala. Bagaimana rasanya jika orang yang kita kasihi telah mendua atau berpaling kepada yang lain? Kita pasti merasa cemburu dan hati ini terasa sakit. Tuhan sangat membenci umat-Nya yang bercabang hati, “… mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka. ” (Ulangan 32:21). Berhala adalah kejijikan dan kekejian di mata Tuhan, dan Ia memandang umat yang melakukannya sebagai kenajisan.
Sahabat, berhala-berhala “Zaman Now” memiliki berbagai macam bentuk. Berhala adalah segala hal yang menggeser posisi Tuhan sebagai penguasa hati dan hidup kita. Hobi, kekayaan, jabatan, bisnis, barang kesayangan, binatang kesayangan, bahkan gadget dan sebagainya dapat menjadi berhala ketika semuanya itu menjadi lebih utama daripada Tuhan dan menyita sebagian besar waktu dalam hidup kita, sampai-sampai kita tidak punya waktu lagi untuk Tuhan. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari Roma 12:2?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Teruslah berusaha membawa perubahan bagi dunia agar dunia ini dipenuhi kemuliaan Allah. (pg).