+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

The Glory of God Leaves His Sacred Hall

The Glory of God Leaves His Sacred Hall

KEMULIAAN ALLAH. Ketika membaca, mendengar atau mengucapkan kata kemuliaan, sebenarnya apa yang terlintas di benak kita? Apakah kita membayangkan kilaunya singgasana emas dengan permata yaspis, berlian atau semacamnya?

Sesungguhnya kemuliaan mengandung arti keadaan mulia; keluhuran; keagungan; kehormatan dan diasosiasikan dengan memuji Tuhan. Di dalam bahasa Inggris, kata kemuliaan mempunyai banyak persamaan seperti magnificence, spendor, grandeur dan sebagainya, di antaranya yang sering digunakan untuk menggambarkan kemuliaan Allah adalah kata glory dan majesty.

Tidak perlu disangkal bahwa pada umumnya pemahaman akan kata kemuliaan terlalu sering digambarkan sebagai status sosial ekonomi yang tinggi yang diperoleh dari keberhasilan di dalam hidup seseorang. Pengertian kemuliaan seperti ini memberi nuansa kebendaan, mengangkat ego manusia.

Di dalam kitab Perjanjian Lama, Allah yang Mahamulia menyatakan kemuliaan-Nya melalui kehadiran-Nya di sepanjang perjalanan kehidupan bangsa Israel. Umat Israel menyaksikan kemuliaan-Nya melalui tuntunan sejak mereka keluar dari Mesir. Bahkan sebelum itu, Abraham, bapak orang percaya telah mengalami tuntunan tersebut.

Kemuliaan Allah dapat nampak di dalam karya-Nya, mulai dari ciptaan yang dilakukan-Nya pada awal terciptanya dunia dan segala isinya, sampai kini nampak dari pemeliharaan-Nya sampai selamanya.

Pada hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: The Glory of God Leaves His Sacred Hall (Kemuliaan Allah Meninggalkan Bait Suci-Nya). Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 10:1-22. Sahabat, bacaan kita pada hari ini dimulai dengan penglihatan Yehezkiel akan sesuatu yang menyerupai takhta di atas cakrawala. Dari takhta itu terdengar perintah kepada seorang yang berpakaian lenan untuk masuk ke ruang Mahakudus di Bait Suci untuk mengambil bara api dan menghamburkannya ke atas kota Yerusalem. 

Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Yehezkiel dalam suatu penglihatan. Ia melihat keagungan Allah di atas takhta dari permata yang berkilauan. Dari takhta itu Allah memerintahkan penghukuman bagi Yerusalem (ayat 1-2). Allah turun ke Bait Suci dan memenuhi tempat itu dengan kemuliaan-Nya (ayat 4-5).

Kemudian, malaikat melakukan kehendak Allah itu dengan cara mengambil bara api dan memberikannya kepada seorang berpakaian lenan (ayat 6-7). Itulah api penghukuman Allah yang dijatuhkan kepada setiap orang yang berbuat keji. Lalu, Allah meninggalkan Bait Suci dengan cara berada di atas sayap malaikat dan dibawa naik (ayat 18-19). Apakah ini artinya Allah sungguh-sungguh meninggalkan umat-Nya?

Sahabat, Allah kita adalah Allah Yang Mahabesar. Ia memberikan penglihatan kepada orang yang dipilih-Nya untuk menyatakan kehendak-Nya. Ia ingin agar manusia yang lemah tetap dapat memahami kehendak-Nya. Dahulu Allah memerintahkan umat untuk membangun Bait Suci supaya mereka dapat beribadah kepada-Nya di dalam kekudusan dan kelayakan. Namun, mereka justru mencemarkan Bait Suci dengan penyembahan berhala. Padahal, Allah yang bertakhta di tempat itu merupakan satu-satunya Allah mereka.

Melalui penglihatan itu, Allah ingin menyatakan bahwa mereka telah menolak kehadiran-Nya dengan kekejian mereka sendiri. Ia ingin agar umat-Nya menggantungkan hidup mereka hanya kepada-Nya, bukan kepada ilah lain atau benda-benda. Jika tidak, Ia akan mendatangkan hukuman. Allah yang meninggalkan bait-Nya merupakan gambaran hidup yang tidak berkenan di hadapan Allah. Jadi, Allah tetap bertakhta di atas segala sesuatu dan Ia tetap melihat kita, umat-Nya, tetapi kemuliaan Allah tidak lagi terpancar di dalam hidup kita.

Sahabat, hidup sebagai umat Allah perlu dinyatakan dengan menghormati kemuliaan-Nya dan menaati kehendak-Nya. Untuk itu, kita harus menjalani kehidupan ini hanya untuk menyembah Allah, tanpa ada yang lain. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
1.Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
2.Apa itu kemuliaan Allah dan bagaimana kita memuliakan Allah melalui hidup kita setiap hari?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah tidak ada di tempat persekutuan umat yang tidak menjaga kekudusan-Nya dan tidak memuliakan-Nya. (pg).

Leave a Reply