The MYSTERY of GOD, The CREATOR
MISTERI ALLAH. Sampai saat ini, lukisan Monalisa dianggap sebagai lukisan paling terkenal di dunia. Mahakarya dari Leonardo da Vinci itu paling sering menjadi subjek tulisan, nyanyian, dan parodi di seluruh dunia. Salah satu hal yang membuat lukisan potret abad ke-16 itu menjadi begitu terkenal adalah kemisteriusan senyum dari subjek lukisan tersebut. Banyak peneliti mencoba untuk menafsirkannya. Senyum itu seakan berubah bila mata kita bergerak sedikit, dan saat kita berpaling, senyum itu seolah tetap ada di benak kita.
Sahabat, sesungguhnya dunia ini memang penuh misteri, apalagi Tuhan. Rasul Paulus pun bergumul dengan hal tersebut. Dalam pengalaman hidupnya, ia adalah orang yang tidak pernah lelah untuk mencoba memahami tentang Tuhan, tentang segala hikmat dan keputusan-Nya. Namun, tetap saja ada banyak hal yang melampaui akal pikirannya. Ada batas yang tidak bisa dilampaui untuk ia bisa memahami segala sesuatunya. Sampai di titik itu, ia belajar untuk menerimanya. Di titik itulah, ia paham betul bahwa Tuhan itu sungguh jauh lebih besar dan melampaui apa yang bisa ia pikirkan tentang-Nya. Di titik itulah, yang tetap tinggal adalah iman dan percaya (Roma 11:33-34).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “The MYSTERY of GOD, The Creator (MISTERI ALLAH, Sang Pencipta)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 40:1 – 41:25. Sahabat, sesudah Tuhan menembak Ayub lewat pelbagai pertanyaan gugatan tentang posisi dan peran Ayub dalam kehidupan alam semesta dan pernyataan tersirat tentang siapa yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini (Ayub 38:1-39:33), maka pada pasal 40-41 dengan gamblang dan tegas Tuhan menyatakan serta memperkenalkan diri-Nya.
Dimulai dengan semacam pernyataan yang membuat Tuhan tersinggung terhadap pembelaan Ayub: “Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku, supaya engkau dapat membenarkan dirimu?” (40:3). Kali ini, Tuhan lebih tegas dan keras bersikap terhadap Ayub dan sahabat-sahabatnya. Tuhan merasa tersinggung menyaksikan Ayub dan keempat sahabatnya beradu argumentasi dengan motif yang sangat egois. Masing-masing pihak mau bertahan dan membenarkan diri sendiri. Perdebatan tersebut memberi kesan bahwa Tuhan bukan Subjek, melainkan sebagai objek akal budi manusia untuk pembenaran sikap pribadi.
Coba perhatikan apa yang disampaikan oleh Allah kepada Ayub: “Apakah lenganmu seperti lengan Allah, dan dapatkan engkau mengguntur seperti Dia? Hiasilah dirimu dengan kemegahan dan keluhuran, kenakanlah keagungan dan semarak!” (Ayb. 40:4-5).
Ayub dipersilakan membandingkan dirinya (yang sedang tidak berdaya karena barah dan malapetaka) dengan Tuhan. Kalau hasilnya Ayub lebih kuat daripada Tuhan, maka Tuhan pun akan memuji Ayub (40:9).
Lebih lanjut, Tuhan mengibaratkan keperkasaan dan kekuatan-Nya dengan gambaran kuda nil dan buaya (40:10-41:1a). Kedua hewan tersebut kuat dan tiada seorang pun yang dapat menaklukkannya, melainkan hanya Tuhan. Kalau begitu, apakah Ayub bisa dibandingkan dengan Tuhan? Tuhan mengumpamakan diri-Nya sebagai pahlawan perang dengan pakaian lengkap (41:1b-25). Tuhan tidak sedang menakut-nakuti Ayub, sebaliknya Ia menghibur dan menguatkan Ayub.
Sahabat, apa yang harus dilakukan menghadapi misteri Allah dalam hidup ini? Tetap bertekun dalam iman. Allah yang memberi kehidupan, Ia juga yang akan memelihara dan menolong kita untuk terus bertumbuh di dalam-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari prenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 40:10-19?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ketika lemah dan tidak berdaya, kita bisa melihat Tuhan yang Mahakuasa dan Mahaperkasa mengatasi kelemahan kita. (pg).