+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

Nebuchadnezzar raised himself then humiliated

Nebuchadnezzar raised himself then humiliated

MENJADI SOMBONG. Sebuah BERKAT akan menjadi JERAT  ketika kita melupakan Tuhan dan membanggakan diri sendiri.   Orang yang mendapat kekuasaan atau kedudukan tinggi mudah sekali menjadi sombong. Hal ini disebabkan karena sifat dasar manusia berdosa yang dari awal ingin menyamai Allah Sang Pencipta. Selain itu, orang yang mendapat kekuasaan atau kedudukan tinggi dengan susah payah sering kali merasa bahwa kekuasaan dan kedudukan tinggi yang ia peroleh adalah hasil kerja keras dan kemampuannya.

Tuhan tahu bahwa manusia mudah menjadi sombong ketika kehidupannya dikelilingi berkat dan keberhasilan. Itulah sebabnya waktu bangsa Israel akan masuk ke Tanah Perjanjian, Tuhan mengingatkan agar mereka tidak menyombongkan diri dan melupakan pemeliharaan Tuhan (Ulangan 9:1-6). Ketika kita mengesampingkan Tuhan dalam keberhasilan kita, DOSA KESOMBONGAN  akan MERUNTUHKAN KEBERHASILAN  kita. Keberhasilan semestinya menjadikan kita semakin rendah hati di hadapan Tuhan.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Daniel dengan topik: “Nebuchadnezzar Raised himself then humiliated (Nebukadnezar Meninggikan  Diri Sendiri  dan Dipermalukan)”. Bacaan Sabda diambil dari Daniel 4:1-37 dengan penekanan pada ayat 30. Sahabat,  Pengamsal mengingatkan kita: “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”  (Amsal 16:18).  Yes. Amin. Raja Nebukadnezar memiliki kekuasaan, keagungan dan kebesaran, tetapi dia lupa darimana semuanya itu berasal.

Dikisahkan, suatu ketika raja sedang berjalan-jalan di atap istana raja Babel dan ia berkata,  “Bukankah ini Babel yang besar?  Saya telah membangunnya sebagai kediaman kerajaan dengan kekuatan kuasa saya dan untuk kemuliaan keagungan saya.”  (ayat 30).  Kata-kata itu masih dibibirnya ketika terdengar suara dari surga,  “Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu;  engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!”  (ayat 31-32). 

Apa yang telah difirmankan kepada Nebukadnezar itu pun terjadi, dia diusir oleh orang-orang dan makan rumput seperti sapi.  Tubuhnya basah dengan embun dan langit, sampai rambutnya tumbuh seperti bulu elang dan kukunya seperti cakar burung (ayat 33)

Sahabat, pada akhirnya Nebukadnezar menyadari kesalahannya;  selama ini ia begitu sombong dan mengandalkan apa yang dimilikinya:  kekayaan, kekuasaan, kebesaran, dan takhta.  Lalu ia pun menengadah ke langit dan mengakui kebesaran Tuhan:  Hanya Tuhanlah yang mahatinggi, layak dipuji, dihormati dan dimuliakan.  Sungguh, di hadapan Tuhan ia tidak berarti apa-apa.  Tuhan pun berkata,  “…di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”  (Yohanes 15:5b). 

Padahal selama ini Nebukadnezar telah diingatkan dan ditegur Tuhan melalui mimpi, tapi dia bergeming dan tetap saja meninggikan dirinya hingga Tuhan bertindak dan merendahkannya.  Kemudian dia pun berkata,  “Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak.”  (ayat 37). Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 27?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Segala yang kita miliki (harta kekayaan, jabatan, dan kekuasaan) datangnya dari Tuhan;  Dia adalah Pribadi tunggal yang mengontrol segala keadaan kita. (pg).

Leave a Reply