Don’t be like SILO CITY
KOTA SILO. Silo disebutkan pertama kali dalam Alkitab di kitab Yosua dan kitab Hakim-hakim. Kota itu terletak di sebelah utara Betel, sebelah timur jalan raya Betel ke Sikhem, dan di sebelah selatan Lebona, di pegunungan Efrain.
Pada masa awal, Silo merupakan ibukota keagamaan Israel selama 300 tahun, sebelum akhirnya pindah ke Yerusalem. Silo disebutkan sebagai tempat berkumpulnya orang Israel setelah mereka menaklukkan tanah Kanaan dan berpindah dari Gilgal.
Di Silo terdapat Kemah Pertemuan atau Tabernakel pada awal penaklukan tanah Kanaan, dan itulah tempat Kudus utama bagi orang Israel selama zaman hakim-hakim. Silo menjadi tempat perkemahan seluruh bangsa Israel untuk terakhir kalinya selama perjalanan di padang gurun. Silo menjadi suatu pusat keagamaan suku-suku pada abad ke-12 SM. Di dalam naskah-naskah tertua, disebutkan bahwa Silo menjadi tempat tinggal Tabut Allah, di dalam penjagaan keluarga Imam Eli. Silo adalah tempat suci dan mempunyai imam-imam.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Don’t be like SILO CITY (Jangan Sampai Seperti KOTA SILO)”. Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 26:1-24. Sahabat, mungkin ada diantara Sahabat yang bertanya-tanya, “Ada apa dengan Silo?” Mengapa Silo menjadi contoh ketidaktaatan Yerusalem kepada Tuhan? Padahal Silo menjadi tempat berdiamnya Kemah Pertemuan (Yosua 18:1) dan menjadi pusat peribadatan umat Israel pada masa hakim-hakim (1Samuel 1:3).
Namun pada masa imam Eli, yang merupakan salah satu hakim terakhir Israel, Silo mendapat nama buruk. Di sanalah rumah Tuhan dinodai oleh kedua putra imam Eli yang jahat. Juga, penyalahgunaan tabut Tuhan yang diperlakukan sebagai berhala untuk berperang melawan Filistin. Tuhan murka dan membiarkan tabut itu dirampas musuh, pasukan Israel dikalahkan, dan kedua putra Eli mati (1Samuel 4:1-11). Silo melambangkan kegagalan Israel untuk setia kepada Tuhan, dan tempat ibadah yang dinajiskan (Mazmur 78:60).
Sahabat, Tuhan melalui Yeremia mengingatkan bangsa Israel agar tidak mengalami hal buruk seperti Kota Silo (ayat 2-6). Mereka yang mendengar, baik para imam, para nabi, dan seluruh rakyat rupanya mengetahui apa yang telah terjadi dengan Kota Silo. Sayangnya, alih-alih bertobat, mereka malah berencana untuk menangkap dan membunuh Yeremia (ayat 8 dan 11). Bahkan nabi Uria bin Semaya, walau sempat melarikan diri, dihukum mati oleh sang raja yang jahat karena nubuatnya serupa dengan pemberitaan Yeremia (ayat 20-23).
Syukur kepada Tuhan, tidak semua orang menolak pemberitaan Yeremia. Para pemuka dan seluruh rakyat dapat diinsyafkan Yeremia sebab pemberitaannya berasal dari Tuhan sendiri. Mereka diingatkan bahwa nabi Mikha pun pernah bernubuat yang serupa, dan raja Hizkia justru bertobat mewakili seluruh rakyat Yehuda (ayat 18-19), sehingga Tuhan pun urung menghukum umat-Nya saat itu, dan Yerusalem diluputkan dari Sanherib (2 Raja-Raja 19).
Sahabat, bagi mereka yang TIDAK BERTOBAT seperti Yerusalem atau Silo, tangan Tuhan TERACUNG! Bagi mereka yang bertobat, Tuhan akan mengampuni dan memulihkan. Pilihan memang ada di tangan Sahabat dan saya, tetapi hukuman dan penghargaan ada di tangan Tuhan. Manakah yang kita pilih? Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4-6?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jika Tuhan memberi yang pahit kepada kita, Dia justru sedang mengasihi kita. (pg).