The Faithful Love of God
KETERBATASAN MANUSIA. Dapatkah manusia yang terbatas memahami realitas hidup dengan benar? Mampukah manusia yang terbatas memahami realitas kebesaran Tuhan? Apa yang menjadi panduan hidup kita tatkala sedang menghadapi pergumulan? Apa arti kasih setia Tuhan bagi manusia yang hina dan berdosa ini?
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “The Faithful Love of God (Kasih Setia Allah)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 25:1-6. Sahabat, LAI memberi judul Ayub 25: Pendapat Bildad, bahwa tidak seorang pun benar di hadapan Allah.
Bacaan kita pada hari ini berisi interupsi Bildad di tengah ucapan Ayub mengenai penderitaannya dan imannya kepada Allah. Interupsi itu dimulai dengan pengagungan kebesaran Allah. Perhatikan bahwa penjelasan Bildad tentang Allah adalah benar. Allah digambarkan sebagai sumber kekuasaan dan kedahsyatan yang tak tertandingi. Ia adalah Raja yang menciptakan kedamaian di surga. Pasukan-Nya tidak terhitung dan merupakan sumber terang abadi, sehingga bulan dan bintang kehilangan sinarnya di hadapan Allah (ayat 1-3 dan 5).
Sahabat, ucapan Bildad tentang kebesaran Allah lahir dari kesalahpahaman atas ucapan Ayub di pasal sebelumnya. Ia menafsirkan pernyataan ketidakpahaman Ayub atas tindakan Allah sebagai tuduhan bahwa Allah telah berbuat kesalahan. Oleh sebab itu, Bildad menginterupsi ucapan Ayub untuk membela tindakan Allah, sekaligus menekankan betapa hina dan lemahnya manusia di hadapan Allah, yakni seperti berenga (belatung) dan ulat (ayat 6), sehingga tidak mungkin ada manusia yang benar di hadapan-Nya (ayat 4).
Sebenarnya Ayub tidak pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah berbuat dosa. Yang ia katakan ialah penderitaan-penderitaan yang ia alami dalam hidup, bukanlah disebabkan oleh dosa. Sahabat Ayub, Bildad, merespons pandangan Ayub tersebut dengan mengatakan bahwa di hadapan Allah, manusia yang tidak berarti ini tidak dapat membenarkan dirinya.
Memang benar, manusia berdosa dan hina di hadapan Allah. Ayub mengetahui hal tersebut. Tetapi, bagi Ayub, apa yang dikatakan Bildad tidak menjawab persoalannya, sebab Ayub merasa tidak melakukan sesuatu yang salah di hadapan Allah. Firman Allah mengajarkan bahwa Allah adalah Mahakuasa dan Mahakudus, sedangkan manusia adalah hina. Namun, melalui pengampunan-Nya, manusia diberi kesempatan untuk mendekat kepada-Nya.
Sahabat, Allah yang Mahakuasa selalu membuka pintu pengampunan bagi setiap orang yang bertobat dan memohon pengampunan-Nya. Marilah kita belajar hidup benar di hadapan Allah. Apabila pergumulan atau peristiwa buruk menimpa hidup kita, janganlah kita mempersalahkan Tuhan, tetapi setialah seperti Ayub. Ingatlah selalu akan KASIH SETIA ALLAH.
Selain itu, mengingat keterbatasan manusia, kita tidak mungkin dapat memahami Tuhan secara sempurna. Terkadang KEHIDUPAN pun TERLALU RUMIT untuk DIPAHAMI. Tetapi yang penting bagi kita adalah membiarkan Tuhan bekerja dan menuntun kita melalui kerumitan tersebut. Bagian kita adalah MENGALAMI ANUGERAH TUHAN dan MENJADI SALURAN anugerah itu bagi orang-orang di sekitar kita. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 4?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan jauh lebih besar daripada yang kita dapat bayangkan dan tidak ada suatu apa pun yang dapat dibandingkan dengan-Nya. (pg).