A Pleasing Worship to God
MAKNA IBADAH. Ritual keagamaan tanpa kesejatian makna sesungguhnya memuakkan hati Tuhan. Sebab bila demikian, kesalehan seseorang hanya bersifat lahiriah semata. Ibadah kepada TUHAN menjadi tidak berkenan kepada-Nya, ketika ibadah bukanlah ekspresi dari penghormatan, kasih dan ketundukan kita kepada TUHAN.
Sahabat, ibadah kepada TUHAN mengungkapkan penghormatan, kasih, dan ketundukan kepada TUHAN karena ibadah yang sejati timbul dari hati dan dinyatakan dalam perbuatan. Hal-hal lahiriah dari ibadah tidak berarti jika bukan merupakan ekspresi batiniah. Bila ibadah adalah ekspresi batiniah, tak akan timbul pertentangan antara ibadah dan perbuatan sehari-hari. Yang terpenting dalam ibadah bukan korban, melainkan orang. Orang yang beribadah menentukan korban yang dipersembahkan, namun korban tidak menggambarkan orang yang beribadah.
Mari kita menjalankan ibadah yang berkenan kepada Tuhan. A pleasing worship to God.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “A Pleasing Worship to God”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 58:1-14. Sahabat, orang Israel yang mengaku diri sebagai umat Tuhan berlaku begitu religius. Setiap hari mereka beribadah kepada Tuhan dan mencari kehendak-Nya. Mereka juga setia melakukan perintah Tuhan (ayat 2). Dengan melakukan semua itu, umat merasa telah menyukakan hati Tuhan. Oleh karena itu alangkah terkejutnya mereka ketika menyadari bahwa ibadah mereka tidak membuat berkat Tuhan turun atas mereka (ayat 3).
Sahabat, mengapa Allah tidak menghiraukan ibadah umat? Karena tindakan religius umat ternyata penuh kemunafikan. Mereka berpuasa, tetapi tidak menunjukkan sikap ketundukan dengan mengorbankan segala hasrat mereka. Mereka tetap mengejar kepentingan pribadi dan memperlakukan orang lain dengan tidak layak (ayat 3-4). Puasa mereka tidak bertujuan meratapi keberdosaan mereka, melainkan memanipulasi agar Tuhan memberkati mereka.
Jelas itu bukanlah jenis puasa yang diterima Allah. Puasa semacam itu hanya membuat orang menundukkan kepala dan bukan menundukkan hati di hadapan Allah. Mereka berpuasa dengan menggunakan pakaian berkabung, tetapi bukan karena meratapi ketidaktaatan mereka kepada Tuhan. Mereka mengira bahwa ibadah yang ditunjukkan dengan puasa dan pakaian kabung, lebih penting daripada sikap dan tingkah laku mereka. Pemahaman mereka ternyata berbanding terbalik dengan KONSEP TUHAN TENTANG IBADAH.
Sahabat, Tuhan berjanji menyertai, bahkan memuaskan kebutuhan kita, ketika dalam puasa kita MERELAKAN BAGIAN KITA untuk memenuhi kebutuhan orang lain (ayat 11). Sikap itu dikatakan akan membangun reruntuhan yang sudah lama tak bisa dihuni (ayat 12).
Perlu kita garis bawahi bahwa ibadah yang dikehendaki Tuhan harus mewujud pada tindakan, misalnya melepaskan orang dari penindasan dan ketidakadilan (ayat 6) atau menolong orang yang berkekurangan (ayat 7). Sabat pun harus dilakukan sepenuhnya untuk Tuhan dan bukan cari-cari alasan untuk tidak memenuhinya (ayat 13). Bila mereka beribadah sesuai yang diinginkan Tuhan, barulah Dia memberkati mereka (ayat 8-12, 14).
Mari kita MAWAS apakah kita beribadah hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri semata, ataukah kita sungguh ingin menyenangkan Tuhan? Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6-7?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Ibadah yang Allah kehendaki adalah ibadah yang berorientasi kepada kepentingan Allah dan pengenalan yang benar akan kehendak-Nya, bukan kepada kepentingan diri sendiri. (pg).