The SECRET of Happy Life
Sahabat, mungkin tanpa sadar, kita sering mengidentikkan kebahagiaan dengan banyaknya harta, tingginya jabatan, atau mempunyai keturunan. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran kalau cukup banyak orang mendewakan dan mengejar semua itu dengan cara apa saja. Lalu pertanyaan yang diajukan oleh cukup banyak orang, “Apa yang menjadi rahasia hidup bahagia?” The secret of happy life.
Bagi Pemazmur, hidup bahagia itu tumbuh melalui serangkaian pilihan dan keputusan yang membentuk kebiasaan seumur hidup. Coba kita simak Mazmur 1:1-6. Pada ayat 1 Pemazmur meyakinkan kita bahwa kebahagiaan tidak didapat dari perbuatan fasik/berdosa. Maka, orang yang mau berbahagia harus menjauhi semua hal yang membawanya berdosa. Jikalau tidak, kehidupan berdosa akan membawa kegagalan hidup (ayat 4), dan akhirnya kebinasaan (ayat 6b).
Lebih jauh Pemazmur menyampaikan bahwa kebahagiaan hanya didapatkan di dalam hidup sesuai dengan firman Tuhan (ayat 2). Orang yang hidup seturut firman- Nya akan diberkati dengan keberhasilan (ayat 3) dan Tuhan berkenan kepadanya (ayat 6a).
Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkhotbah dengan judul: “The SECRET of Happy Life”. Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 8:9-17. Sahabat, Pengkhotbah mengamati ada satu ironi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan. Ia seolah ingin menyampaikan bahwa orang benar harus pergi dari kota sedangkan orang fasik diperbolehkan berada di dalam kota (ayat 10).
Adapun salah satu fungsi kota adalah memberi perlindungan dan keamanan kepada penduduknya. Namun, ia justru melihat kenyataan yang berbeda. Orang benar mendapat hukuman, sedangkan orang fasik mendapat pujian (ayat 14). Hal tersebut sungguh-sungguh ironis. Ironi tersebut seakan-akan mengatakan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan cara apa pun.
Namun, sesungguhnya Pengkhotbah tidak berpendapat demikian. Justru ia berkata bahwa semua itu adalah kesia-siaan belaka (ayat 10 dan 14). Orang fasik tidak akan pernah bahagia, sekalipun mereka bebas melakukan kejahatan. Mereka akan segera lenyap dengan seketika seperti bayang-bayang. Mereka tidak akan bertahan lama.
Pengkhotbah menggaris bawahi bahwa mereka yang berbahagia adalah orang yang takut akan Allah dan hadirat-Nya (ayat 12). Takut dapat berarti menghormati Allah, beribadah kepada-Nya, atau menaati peraturan-Nya. Jadi, mereka yang berbahagia adalah orang-orang benar karena merekalah yang takut akan Allah.
Sahabat, rahasia hidup bahagia adalah hidup yang berpusat pada Allah. Kebahagiaan bukanlah perkara mendapatkan sesuatu. Sesungguhnya apa pun yang kita miliki sekarang adalah murni pemberian Allah. Kebahagiaan adalah perkara menikmati pemberian itu.
Allah adalah sumber segala yang kita miliki dan kita nikmati. Oleh karena itu, berbahagialah dalam Tuhan. Kebahagiaan sejati kita adalah menikmati kehadiran Allah dalam setiap detik kehidupan kita.
Sahabat, jadi pilihan kebahagiaan adalah tanggung jawab kita sendiri. Allah menyediakan jalannya, tetapi Ia tidak memaksa kita untuk menjalani kehidupan ini menurut kehendak-Nya. Keputusan ada di tangan kita. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenungan dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat perloleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 17?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Berbahagia pada situasi apa pun adalah ciri orang beriman pada Allah, sebaliknya karena iman pada Allahlah, kita disebut berbahagia. (pg).