MORE than EVERYTHING
MURID KRISTUS. Untuk menjadi murid Kristus kita harus lebih MENGUTAMAKAN TUHAN dan mengasihi-Nya lebih daripada segala yang kita kasihi di dunia ini! Tuhan lebih dari segalanya. More than everything.
Sahabat, adakah yang melebihi Tuhan? TENTU TIDAK ADA. Maka atas dasar itulah kita harus menempatkan Tuhan sebagai yang terutama dan mengasihi Dia lebih dari apa pun dan siapa pun. Dalam kehidupan sehari-hari ada cukup banyak orang percaya yang menempatkan Tuhan sebagai nomor sekian dalam hidupnya, karena mereka lebih mengutamakan harta, bisnis, hobi, pencapaian-pencapaian dan lain sebagainya.
Syukur kepada Tuhan. Luar biasa. Berkat anugerah Tuhan, hari ini kita dapat sampai pada bagian terakhir dari kitab Pengkhotbah. Sekarang kita semakin mengetahui bahwa kitab Pengkhotbah sarat dengan perenungan dari seorang yang sudah menjalani kehidupan dalam segala kelimpahan harta benda, pengetahuan, dan pengalaman hidup. Kehidupan yang penuh pasang surut dan berakhir pada kesimpulan bahwa kehidupan yang dijalani tanpa disertai rasa takut akan Tuhan, semuanya adalah kesia-siaan belaka (kata “sia-sia” tercatat 37 kali dalam kitab pengkhotbah).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Pengkhotbah dengan topik: “MORE than EVERYTHING”. Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 12:9-14. Sahabat, kata kunci dari kitab Pengkhotbah yang diulang-ulang sepanjang kitabnya adalah “sia-sia”. Umumnya, kesan yang muncul ketika membaca kitab Pengkhotbah adalah sikap pesimis terhadap kehidupan. Namun sesungguhnya tidak demikian, Pengkhotbah sedang mempresentasikan sebuah fakta: Kehidupan manusia, di bawah matahari, tanpa Tuhan adalah sebuah kesia-siaan.
Sangat menarik, di akhir kitabnya, Pengkhotbah memberikan sebuah kesimpulan klimaks, sekaligus jawaban atas kesia-siaan hidup manusia, yaitu kita harus hidup takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-Nya. Di luar Tuhan, kehidupan manusia akan berakhir dengan kesia-siaan, baik di dunia maupun dalam kekekalan (ayat 13-14).
Sahabat, Takut akan Tuhan dan melakukan perintah-Nya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Takut akan Tuhan membawa kita mendekat kepada-Nya, menyembah-Nya, dan menghormati-Nya. Namun, itu semua harus diwujudkan dengan tindakan nyata, yaitu dengan melakukan perintah dan firman-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Oleh karena itu, Pengkhotbah mengungkapkan bahwa seluruh tindak-tanduk manusia (baik atau jahat) akan dipertanggungjawabkan di hadapan takhta pengadilan Allah. Semua akan dinilai berdasarkan cara hidup dan segenap tindakan kita: Apakah sesuai dengan perintah-Nya atau tidak? Hal tersebut sebagai penentu apakah hidup kita akan berakhir sia-sia atau masuk ke dalam kekekalan yang penuh kebahagiaan dan kedamaian (ayat 14).
Hari ini kita diberi dua pilihan, yaitu hidup dalam kesia-siaan atau hidup bermakna. Jika ingin hidup bermakna, jadikanlah TUHAN yang TERUTAMA dalam hidup kita. Tidak peduli apakah kita kaya atau miskin, sehat atau sakit, berpendidikan tinggi atau rendah, JIKA HIDUP TANPA TUHAN SEMUA AKAN BERAKHIR SIA-SIA.
Oleh karena itu, marilah kita takut akan Tuhan dan menempatkan-Nya DI ATAS SEGALANYA. More than everything. Dengan begitu, hidup kita akan berakhir dengan sukacita kekal. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9-10?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kesukaan kita terhadap perintah Allah mencerminkan kasih sekaligus ukuran penghormatan kepada-Nya. (pg).