+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

The Meaningful Life

The Meaningful Life

BERGUNA! Berguna berarti berfaedah, bermanfaat, mendatangkan kebaikan. Albert Einstein, sang maestro Fisika asal Jerman berkata,”Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusalah menjadi manusia yang berguna.” Sebenarnya jauh sebelum itu, Plato, seorang filsuf asal Yunani sudah mengajarkan pentingnya hidup yang berguna, “Kerendahan seseorang diketahui melalui dua hal: Banyak berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna, dan bercerita padahal tidak ditanya.”

Sahabat, Allah mendesain manusia sebagai makhluk sosial, maka tidak ada seorang pun manusia yang dapat hidup dengan dirinya sendiri untuk dirinya sendiri. Dia butuh orang lain untuk hidupnya dan di dalam hidupnya. Saya dapat ada sebagaimana adanya saya saat ini karena ada teman-teman di sekeliling saya yang memberi kepercayaan, yang membuka kesempatan, dan yang memberi dukungan kepada saya. Sesungguhnya hidup kita menjadi berguna ketika hidup kita berguna bagi sesama.

Sesungguhnya cukup banyak jalan,  baik yang  sederhana maupun spektakuler,  yang bisa dipakai agar orang berguna bagi sesama dan alam semesta.Sebaik-baiknya orang, orang yang berguna bagi sesama dan alam semesta adalah orang yang sungguh bernilai. Sedangkan orang yang paling nelangsa adalah orang yang merasa sudah tidak berguna lagi. Jangan sampai hidup kita menjadi sia-sia. Semoga hidup kita menjadi berguna. The meaningful life.

Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkhotbah dengan topik: “HIDUP yang BERGUNA”. Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 4:9-16 dengan penekanan pada ayat 13. Sahabat, jika membaca kitab Pengkhotbah secara sekilas, orang akan menganggap bahwa kitab ini adalah kitab yang pesimistis. Pandangannya begitu pesimis terhadap kehidupan di dunia, sebab semuanya sia-sia. Benarkah demikian? Tidak. Apakah ada hidup yang tidak sia-sia? Ada! Ada hidup yang tidak sia-sia yaitu HIDUP YANG BERGUNA. The meaningful life.

Di bawah kolong langit ini, masih ada hidup yang bermakna. Kita mulai menangkap pesan tersebut dari perbandingan yang dibuat oleh Pengkhotbah. Kalau semua sia-sia, untuk apa ia membuat perbandingan? Perbandingan itu dilakukan untuk mendapatkan yang lebih ideal, “Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, …”  (ayat 13)

Maka, berhikmat lebih baik dari pada bodoh. Lebih jauh lagi, bagaimana agar orang menjadi berhikmat? Ia tidak boleh terpaku pada apa yang ada di bawah langit. Ia harus menatap ke atas langit, ke Tuhan. Dengan mengandalkan Tuhan sebagai pemberi hikmat dan tuntunan, hidup yang dijalani di bawah matahari tidak menjadi sia-sia, tetapi menjadi bermakna. Menjadi berguna. Menjadi berdampak.

Sahabat, sesungguhnya Pengkhotbah menasihati kita untuk tidak melekat pada dunia yang fana, tetapi melekat kepada Tuhan yang kekal. Hidup di dunia memang sementara, tetapi bukan kesia-siaan, asalkan kita bersandar pada  Tuhan. Hikmat-Nya memberikan tuntunan mengenai misi penting yang mesti kita kerjakan dalam kesementaraan waktu, yaitu:  Menyatakan kasih-Nya bagi semua ciptaan-Nya. Dengan demikian niscaya hidup kita  tidak sia-sia! Haleluya! Allah itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 12?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup yang tidak menjadi parasit sosial, tapi berguna bagi orang lain dan alam semesta merupakan imunitas luar biasa bagi kesejahteraan manusia dan kelestarian alam semesta. (pg).

Leave a Reply