+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

SANJUNGAN: Bak MINYAK yang LICIN Tertuang di Jalan

SANJUNGAN: Bak MINYAK yang LICIN Tertuang di Jalan

SANJUNGAN. Sahabat, di ZAMAN NOW hampir semua orang ingin  menjadi orang terkenal, yang DIPUJI dan DISANJUNG oleh banyak orang.  Dunia memang haus akan sanjungan, penghargaan dan pujian.  Banyak yang rela mengorbankan waktunya demi meraih popularitas dan sanjungan dari pihak lain.

Namun bagi kita sebagai orang percaya, khususnya para pelayan Tuhan, berhati-hatilah!  Jangan sampai kita haus pujian dari orang lain, karena biasanya kata-kata pujian dan sanjungan itu sangat berbahaya.  Sebab apabila kita mabuk SANJUNGAN kita akan tergelincir.  Sanjungan itu bagaikan minyak yang licin tertuang di jalan, siapa pun yang lewat pasti akan jatuh tergelincir. 

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “SANJUNGAN: Bak MINYAK yang LICIN Tertuang di Jalan”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 39:1-8 dengan penekanan pada ayat 8. Sahabat, Raja Hizkia sakit dan nyaris mati. Namun Tuhan menyembuhkannya. Mendengar sang raja telah sehat kembali, raja Babel mengirim utusan dan memberikan hadiah sebagai tanda sukacitanya. Merasa TERSANJUNG karena mendapat perhatian dari penguasa negeri yang besar, Hizkia memamerkan seluruh harta bendanya, termasuk gudang senjatanya kepada para utusan tersebut. Ya semuanya dipamerkan!

SANJUNGAN membuatnya kehilangan kepekaan. Ia lupa bahwa Babel adalah musuh bangsanya. Lalu Nabi Yesaya menegur sang raja. Ia menubuatkan bahwa semua harta berharga di Kerajaan Yehuda itu akan diangkut ke Babel, termasuk keturunan sang raja. Namun itu tidak terjadi pada masa hidupnya.

Ternyata SANJUNGAN raja Babel membuat kepekaan raja Hizkia menjadi tumpul. Mendengar nubuat tersebut, Hizkia berpura-pura senang. Ia bahkan memuji bahwa firman Tuhan yang Yesaya sampaikan itu sangat baik.

Keterlaluan, Hizkia bukannya menyesali tindakannya dan bertobat, malah merasa lega karena hukuman itu tidak terjadi semasa hidupnya. Hizkia, yang sebelumnya sangat mengandalkan Tuhan, serta dengan berbagai upaya telah menjauhkan bangsanya dari penyembahan berhala, akhirnya menjadi picik dan tidak peduli dengan masa depan bangsanya. KEMAPANAN  dan SANJUNGAN MANUSIA membuatnya lupa diri, mabuk kepayang.

Sahabat, sesungguhnya hidup mengandalkan Tuhan bukanlah perkara sekali jadi, melainkan komitmen setiap hari. Ada banyak hal yang dapat membuat kita tergelincir darinya: Sanjungan manusia, kemapanan, kekayaan, kesuksesan, kuasa jabatan, godaan gemerlap dunia, dan lain-lain. Karenanya kita perlu tetap waspada, agar tidak menjadi picik dan hanya memikirkan diri sendiri.

Segala yang kita miliki adalah karya kasih Allah dalam kehidupan kita. Semuanya mempunyai tujuan untuk memuliakan Allah. Jangan sampai kita mencuri kemuliaan-Nya dengan menghilangkan peran Allah. Akuilah kasih-Nya dalam semua keberhasilan yang ada dan muliakanlah selalu keagungan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6-7?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan  tidak pernah tertidur dan terlelap, Dia senantiasa memerhatikan dan menyediakan upah untuk setiap jerih lelah kita bagi Dia. (pg).

Leave a Reply