TAWAR HATI: Kecil Kekuatan Kita
Sahabat, sesungguhnya hidup yang kita jalani adalah hidup yang dinamis. Kadang kita merasa hidup begitu indah dan cerah, namun kadang juga merasa hidup ini kelam dan suram. Kelamnya hidup biasanya kita alami jika kita berhadapan dengan kesusahan hidup, kesulitan, atau pergumulan hidup lainnya. Pada saat seperti itulah seringkali godaan datang berupa pikiran-pikiran yang membuat kita menjadi tawar hati, dan iblis tentu senang dengan keadaan ini. Ia akan memanfaatkannya untuk membujuk kita menjadi pribadi yang lemah.
Tawar hati diartikan sebagai suasana hati yang tidak gembira, tidak bernafsu, tidak bersemangat, atau tidak menaruh perhatian. Tawar hati membuat kita menjadi lemah, tidak memiliki daya, kecil kekuatan kita.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “TAWAR HATI: Kecil Kekuatan Kita”. Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 24:1-18 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, tawar hati adalah merupakan suatu kondisi emosional negatif atau energi negatif yang akan merusak hidup dan kesehatan seseorang. Tawar hati merupakan akumulatif dari beragam energi negatif sepeti patah semangat, pesimis, tidak mempunyai pengharapan, tidak berdaya, putus asa dan perasaan negatif lainnya. Tawar hati dipicu oleh persoalan yang berkaitan dengan kesehatan, masalah keuangan, persoalan dalam keluarga, problematika dalam dunia kerja, persoalan sosial yang tidak sehat dan sebagainya.
Ayat 10 mengajarkan kepada kita bahwa akan ada saatnya kita mengalami kesesakan akibat masalah-masalah kehidupan. Kita dapat merasakan kesesakan ketika muncul sakit penyakit, bisnis yang tidak berjalan lancar, atau ketika musibah terjadi. Ya, kita tidak dapat memilih apa yang akan terjadi dengan kehidupan ini. Namun, kita selalu dapat memilih respons atau sikap kita terhadap segala situasi kehidupan.
Sahabat, lalu apa yang sebaiknya kita lakukan agar kita tidak menjadi tawar hati? Pertama, menerima kenyataan dari hidup ini. Hidup yang kita jalani adalah hidup yang riil atau nyata. Karena hidup kita nyata, maka ada masa di mana kita mengalami keadaan yang baik, tetapi juga ada saat di mana kita mengalami keadaan yang buruk. Artinya bahwa dalam realita kehidupan kita sesungguhnya ada beragam musim dan kita tidak bisa menghindarinya.
Kedua, kita harus memperkuat manusia roh kita. Kata “kekuatan” dalam ayat 10 bukan berbicara fisik atau materi tetapi berbicara tentang kejiwaan. Orang yang berfisik besar atau orang yang hartanya limpah belum tentu kuat ketika menghadapi persoalan hidup. Sedangkan kata “kesesakan” bukan identik dengan kekurangan saja tetapi juga keadaan yang kecukupan. Jadi kesimpulannya kesesakan bisa terjadi kepada siapa saja.
Ketiga, kita harus belajar untuk mengucap syukur dalam semua situasi. Bersyukur dalam segala hal itu adalah kehendak Tuhan, artinya dalam keadaan baik maupun buruk tetap bersyukur (1 Tesalonika 5:18). Bersyukur artinya kita memercayai apa yang sedang terjadi dalam hidup kita semua atas seizin Tuhan dan tidak ada sedikitpun keraguan.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5-6?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sambutlah hari esok dengan iman dan jangan tawar hati lagi! (pg).