+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

SERAKAH: Untukku dan Untukku

SERAKAH: Untukku dan Untukku

Sahabat, KESERAKAHAN adalah salah satu sifat yang bisa timbul dalam diri seseorang.  Serakah bisa diartikan:  Suatu hasrat yang berlebihan atau keinginan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya.  Serakah dapat nyata dalam cinta akan uang  (materi).  Karena serakah terhadap warisan seseorang bisa mengorbankan hubungan dengan saudara kandung sendiri. 


Keserakahan selalu menuntun seseorang kepada perilaku yang salah dan menyimpang dari kebenaran, yang semata-mata bertujuan untuk kepentingan diri sendiri.
Keserakahan ibarat penyakit yang mewabah. Dengan gampang orang menjarah milik orang lain, dengan mudah teman makan teman.

Manusia sulit mengontrol hasrat untuk memiliki apa yang bukan haknya. Keinginan manusia yang tidak terbatas, menjadikan sifat rakusnya tak terkendali. Akibat keserakahan, tidak sedikit orang yang harus berhadapan dengan penegak hukum dan menghuni hotel prodeo. Ingatlah, serakah orientasinya untukku dan untukku.

Pada hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “SERAKAH: Untukku dan Untukku.” Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 23:1-16 dengan penekanan pada ayat 4-5. Sahabat, dalam Amsal 23 Salomo
mulai dengan gambaran tentang perjamuan dan hubungan seseorang dengan lingkungan istana atau para petinggi negara.

Seseorang harus takut dan berhati-hati sebab perjamuan dengan raja bukan sekadar jamuan makan kenyang dan makan enak, melainkan untuk bercakap-cakap dan berdiskusi. Sikap terhadap raja dan apa isi pembicaraan dalam perjamuan itu menjadi latar belakang peringatan-peringatan melawan ambisi dan ketamakan akan kekayaan, serta kekuasaan dan kemewahan (ayat 4-5). Maka hati-hati jangan terlalu fokus pada makanan yang lezat dan menggiurkan yang tersaji di hadapan kita.

Dalam jamuan itu, seseorang begitu mudah masuk ke dalam pencobaan dan terancam jatuh dalam dosa ketamakan, kemewahan, hawa nafsu daging, serta makan minum secara berlebihan. Jika pandangan mata senantiasa terarah pada kekayaan, maka kekayaan akan terbang lenyap. Saat itu seperti Haman yang tidak memikirkan hal lain selain kehormatan diri (Ester 5:12) dan menyenangkan langit mulutnya, maka jerat pun terpasang di kepalanya.

Sahabat, jika kita tidak mau terjerat, ada dua hal perlu diperhatikan. Pertama, memperhatikan apa yang ada di depan kita (ayat 1b). Artinya, perlu kehati-hatian dalam melihat, memilih, dan memutuskan sesuatu, agar hal itu tidak membahayakan diri sendiri (ayat 6-8). Kedua, siapakah yang ada di depan kita (ayat 1-a dan  9). Artinya, perlu hikmat dalam berkata-kata, tetapi lamban mengucapnya untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman atau pun pertengkaran.

Jadi, saat ada hidangan lezat terbentang di depan kita, hendaknya menahan diri seolah-olah ada pedang di leher kita (ayat 2-3). Karena godaan dari kemewahan dan ketamakan terasa lebih kuat dan berbahaya bagi orang yang tidak terbiasa dengan jamuan besar. Hati-hati dalam jamuan besar terdapat unsur ketidaktulusan dari orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi.

Sahabat, pada dasarnya Tuhan tidak melarang seseorang memiliki kekayaan, dan juga tidak menganjurkan umat-Nya hidup miskin. Yang membahayakan adalah sikap serakah dalam memperoleh kekayaan. Orientasi hidup yang hanya ditujukan untuk memenuhi keinginan duniawi, itulah yang salah.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 1-3?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Keserakahan itu sama dengan penyembahan berhala dan mendatangkan murka Tuhan  (Kolose 3:5-6). (pg)

Leave a Reply