SAHABAT: Dibutuhkan dan Membutuhkan
Sahabat, salah satu kisah persahabatan yang paling indah dicatat dalam Alkitab adalah persahabatan Yonatan dan Daud. Yonatan mengasihi Daud seperti dirinya sendiri (1 Samuel 18:3).
Ujian terberat dalam persahabatan diantara mereka adalah ketika Saul ayah Yonatan menyatakan sikap menjadikan Daud tidak hanya sebagai musuh pribadinya tetapi juga musuh negara. Saul berusaha melenyapkan Daud dari kehidupannya akibat kecemburuannya yang sangat besar terhadap keberhasilan Daud, selain itu juga untuk menjaga status dan kedudukannya dalam kerajaan. Saul melihat Daud sebagai ancaman bagi mahkotanya.
Yonatan pasti berada di sisi yang sulit. Kalau ia memilih Daud maka ia akan di cap anak durhaka, jika ia memilih berdiri di sisi ayahnya ia menghianati hati nuraninya sebagai seorang sahabat yang telah berjanji menjaga dan mengasihi sahabatnya. Tetapi Yonatan adalah seorang manusia yang memiliki komitmen tinggi kepada kebenaran. Ia memilih di sisi Daud bukan karena Daud sahabatnya tetapi karena Daud ada di pihak yang benar.
Persahabatan tidak terjadi bila hanya seorang diri. Persahabatan bisa terjadi jika kita berinteraksi dengan orang lain. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kita membutuhkan sahabat, dan kita dibutuhkan untuk menjadi seorang sahabat.
Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Amsal dengan topik: “SAHABAT: Dibutuhkan dan Membutuhkan. Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 17:1-28 dengan penekanan pada ayat 17. Sahabat, Walter Winchell, seorang wartawan dan juga komentator radio kenamaan Amerika berpendapat tentang arti seorang sahabat: “Sahabat adalah seseorang yang menghampiri Anda, menemani Anda, di saat orang lain meninggalkan Anda.” Artinya seorang sahabat sejati hadir bukan hanya di kala senang saja, melainkan juga saat susah.
Ayat 17 menyatakan: “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Kualitas seorang sahabat akan teruji saat sahabatnya sedang berada di “bawah” atau jatuh atau disingkirkan banyak orang. Karena didasari oleh kasih yang tulus, seorang sahabat akan tetap berada di sisi sahabatnya di segala keadaan dan mau menerima keberadaannya secara utuh apa adanya.
Selain itu sahabat adalah orang yang tidak hanya sekadar menyenangkan hati sahabatnya semata, tetapi juga mau menegor dan ditegor, mau mengoreksi dan dikoreksi, yang kesemuanya itu demi kebaikan bersama. Tidak seperti Yudas, meski secara kasat mata mencium Yesus, namun sesungguhnya ia menikam dari belakang dan mengkhianati Dia, “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6).
Sikap yang ditunjukkan Yudas adalah bentuk persahabatan yang palsu, penuh kepura-puraan karena ada motivasi yang terselubung. Kasih yang tulus tidak mencari keuntungan diri sendiri (1 Korintus 13:5). Sahabat yang sejati juga akan menjaga komitmennya untuk tidak membuka rahasia pribadi sahabatnya ke orang lain demi kepentingan diri sendiri. Kasih itumenutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:7).
Oleh karena itu “Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.” (ayat 9). Kasih yang tulus identik dengan kesetiaan! Tanpa kasih mustahil seseorang akan menunjukkan kesetiaan dengan sungguh. Itulah sebabnya “Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; …” (Amsal 19:22).
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 27?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita perlu terus belajar saling mengasihi satu dengan yang lain, agar kita dapat menjadi sabahat yang baik dan benar bagi orang lain. (pg).