MEMAKAI KACAMATA KEBAIKAN TUHAN
Bagaimana reaksi kita saat masalah datang menerpa? Kalau masalah sudah berat apalagi datangnya sekaligus. Bahkan terkadang, belum lagi masalah yang satu beres, sudah muncul masalah berikutnya. Kita bisa gelagapan, goyah lalu kemudian panik, di sana rasa takut pun mulai muncul. Kita menjadi ragu apakah kita bisa melewati semua itu sebagai pemenang?
Di saat seperti itu, adakah sesuatu yang bisa kita pakai untuk menguatkan kita agar bisa berpijak tegar di tengah situasi sulit? Apa yang bisa membuat iman kita tidak ikut goyah sebaliknya mampu memberi kekuatan kepada kita untuk bisa terus tegar dan pada akhirnya keluar sebagai pemenang?
Sahabat, mengingat kebaikan Tuhan yang sudah terjadi dalam kehidupan kita adalah hal yang baik dan perlu supaya keraguan dan keputusasaan dalam menghadapi pergumulan hidup berubah menjadi pengharapan kepada Allah yang hidup. Kita perlu memakai kacamata kebaikan Tuhan.
Untuk lebih memahami topik tentang: “MEMAKAI KACAMATA KEBAIKAN TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 77:1-21 dengan penekanan pada ayat 12-13. Sahabat, Mazmur 77 memberitahu kita bahwa pergumulan orang percaya waktu itu sangat berat. Asaf, seorang pelayan Tuhan dari suku Lewi, menyimpulkan bahwa tangan kanan Tuhan Yang Mahatinggi berubah (ayat 11), itu artinya pergumulan terasa semakin berat seolah-olah Tuhan tidak lagi menghiraukan pergumulan orang percaya pada saat itu.
Di bagian pertama, Asaf memakai pergumulan dan kesusahan sebagai kacamata untuk melihat Allah (ayat 2-11). Hasilnya, kesusahan membuat Allah terasa jauh (ayat 2). Kesusahan membuat mengenang Allah terasa memilukan (ayat 3). Gambaran yang ideal tentang Allah terasa sangat mengecewakan bila dibandingkan dengan pergumulan yang dihadapi manusia. Kesusahan membuat Tuhan terasa seperti menolak dan tidak bermurah hati (ayat 8). Kesusahan membuat janji Tuhan terasa seperti tidak berlaku (ayat 9). Kesusahan membuat Allah nampak seperti melupakan janji-Nya (ayat 10).
Sahabat, berita baiknya, di bagian kedua , Asaf memakai kebaikan Tuhan sebagai kacamata untuk melihat kesusahannya (ayat 12-21). Hasilnya, dengan mengingat kebaikan Tuhan di masa lalu, dia mengaku bahwa Allah itu sangat besar dan berkuasa. Saat Asaf mengalami pergumulan, Allah tidak berubah. Kebaikan Tuhan membuat Asaf percaya bahwa Allah akan menuntun umat-Nya keluar dari kesusahan seperti di zaman Musa dan Harun (ayat 21).
Asaf memberikan sebuah tips yang sangat baik untuk kita ingat saat kita sedang berada di tengah badai kehidupan. “Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.” (ayat 12-13).
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu apa yang harus kita lakukan jika masalah berat atau sakit penyakit sedang menerpa kita. Selamat sejenak merenung. Mari kita mendaraskan ayat 15: “Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.” (pg)