Bolehkah aku BERAMBISI?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) AMBISI adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan). Sedangkan menurut The Webster’s Dictionary, ambisi adalah keinginan yang kuat untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup dan mencapai hal-hal besar atau baik yang diinginkan. Ambisi itu baik, sifatnya netral, jadi tergantung pada orangnya. Tapi hati-hati dengan sikap yang ambisius.
Katak dapat menggambarkan sikap yang ambisius. Coba perhatikan gaya katak mencari mangsa. Mereka akan menendang ke bawah agar bisa meloncat ke atas dengan lidah dijulurkan, sedangkan kaki depannya mengayuh ke belakang. Bukankah hal itu mengingatkan pada lagak orang yang ambisius? Mereka menjulurkan lidah untuk menjilat atasan. Atasan yang tidak sadar pasti menjadi mangsanya. Terhadap rekan selevel ia mencoba menyingkirkannya. Apalagi terhadap orang-orang yang berada di bawahnya. Agar bisa naik, ia memanfaatkan bawahannya sebagai tumpuan kakinya.
Untuk lebih memahami topik tentang: “Bolehkah aku BERAMBISI?”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 75:1-11 dengan penekanan pada ayat 7-8. Sahabat, Pemazmur bersyukur karena segala perbuatan Allah yang ajaib dikisahkan oleh umat-Nya (ayat 2). Pemazmur mencatat bahwa yang menetapkan waktu adalah Allah (ayat 3).
Hal utama yang patut disyukuri Pemazmur adalah kenyataan bahwa bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun DATANGNYA PENINGGIAN itu melainkan dari Allah (ayat 7) dan Allah adalah Hakim yang akan merendahkan orang fasik dan meninggikan orang benar (ayat 8).
Dalam mazmur ini, orang fasik bangga dengan kekuatan mereka. Kekuatan digambarkan dengan kata tanduk. Perhatikan kata tanduk muncul 4 kali (ayat 5, 6, dan 11). Dua kali Allah memperingatkan orang fasik agar tidak mengangkat tanduk mereka tinggi-tinggi (ayat 5 dan 6). Ketika mereka terus meninggikan tanduknya, pada akhirnya piala yang berisikan murka Allah akan dituangkan ke atas mereka (ayat 9) dan “segala tanduk orang-orang fasik akan dihancurkan-Nya” (ayat 11-a). Sedangkan, “tanduk-tanduk orang benar akan ditinggikan” (ayat 11-b).
Sahabat, dari Mazmur 75 kita dapat memetik pelajaran bahwa tidaklah salah kita memiliki ambisi asal jalan yang kita tempuh untuk mewujudkan ambisi itu sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari kebenaran. Tetapi ambisi untuk meninggikan diri, mencari kedudukan dengan mempromosikan diri sendiri, atau mencari hormat dan pujian dari manusia adalah perbuatan yang dicela oleh Tuhan. Ingatlah jangan mengangkat tandukmu tinggi-tinggi (ayat 6-a)
Sebagai orang percaya, terlebih-lebih bagi kita yang sudah melayani Tuhan sepenuh waktu, kita tidak diperkenankan bersikap ambisius dalam usaha mendapatkan kedudukan atau posisi atau sesuatu yang lain. Kita harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan karena Dialah yang berkuasa untuk meninggikan atau merendahkan seseorang (ayat 7).
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong tuliskan pemahamanmu secara singkat tentang apa perbedaan antara orang yang berambisi dan orang yang ambius? Selamat sejenak merenung. Ingatlah! Kepemimpinan bukanlah jabatan untuk dikejar, melainkan fungsi pelayanan untuk dijalani. (pg)