+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

Siapa bilang SAYA tidak pernah SAKIT

Siapa bilang SAYA tidak pernah SAKIT

Siapa bilang saya tidak pernah sakit? Saya pernah sakit. Sahabat tentu  pernah sakit. Saya yakin setiap orang pasti pernah sakit. Sakit penyakit adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap orang. Setiap orang pasti memiliki kelemahan dalam dirinya. Kelelahan, dukacita, masalah, tekanan, atau kemarahan bisa membuat seseorang sakit secara fisik. Kuman, virus, dan bakteri juga menjadi penyebab seseorang menjadi sakit. Ketika seseorang sakit, dan lama dia tidak sembuh,  orang bisa merasa lelah menjalani kehidupan dan menyalahkan Tuhan. Apakah Daud pernah sakit? Kalau pernah, bagaimana dia merespons dan mengatasinya?

Untuk lebih memahami topik tentang: “Siapa bilang SAYA tidak pernah SAKIT?”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 38:1-23. Sahabat, Mazmur 38  menggambarkan keadaan Daud pada waktu sakit dan dalam keadaan yang sangat buruk.  Daud menyampaikan keluh kesahnya kepada Tuhan:  “Sebab pinggangku penuh radang, tidak ada yang sehat pada dagingku; aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap-degup jantungku.”  (ayat 8-9).

Daud menyatakan bahwa sakitnya disebabkan oleh kebodohannya (ayat 6). Dia merasa sangat kesakitan sehingga tidak ada lagi yang sehat dalam dirinya (ayat 4 dan 8). Dia menduga-duga bahwa orang-orang yang tidak menyukainya akan sangat senang atas sakitnya (ayat 13). Mereka yang tadinya adalah teman telah meninggalkannya (ayat 12).

Pada saat yang sama, Daud merendahkan diri di hadapan Tuhan. Dia mengakui bahwa Tuhan mengenalnya dan mengetahui segala keinginannya untuk sembuh (ayat 10). Dia meletakkan harapannya hanya kepada Tuhan (ayat 16). Dia memohon Tuhan mau menolongnya (ayat 23). Dalam kesesakannya karena sakit yang diderita, Daud tidak putus asa. Dia tahu bahwa ada Tuhan, Sang Penolong, yang menjadi tumpuan harapannya.

Sahabat, sakit bisa membuat kita menjauh dan terpisah dari komunitas karena tak lagi bisa beraktivitas bersama rekan-rekan dalam komunitas tersebut. Sakit juga bisa memisahkan kita dari segala hal yang kita sukai. Bukan berarti kita boleh menyerah pada kehidupan, apalagi mencari jalan keluar yang justru menjauhkan kita dari Tuhan. Belajar dari Daud, kita bisa mencari tahu “kebodohan” apa yang telah kita lakukan sehingga membuat kita jatuh sakit. Namun pada saat yang sama, kita diajak untuk merendahkan diri dan mengakui bahwa pertolongan hanya dalam Tuhan. Dengan demikian, kita bisa menjalani hari-hari bersama penyakit kita dengan keteguhan dan keberanian.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Keluh kesah apa yang disampaikan oleh Daud dalam ayat 8-9?
  2. Pengakuan apa yang disampaikan oleh Daud pada ayat 6?
  3. Hal-hal apa saja yang membuat Daud menderita sakit? (Ayat 4-6)
  4. Apa yang dinyatakan oleh Daud di ayat 10?
  5. Kepada siapa Daud menaruh harapannya? (Ayat 16)
  6. Apa permohonan Daud di ayat 23?

Selamat sejenak merenung. Sekarang mari kita berdoa, “Tuhan, dalam kelemahanku,  nyatakanlah kekuatan-Mu. Bimbinglah aku  agar  tidak mudah  menyerah di tengah segala kelemahan dan kesakitanku.” (pg) 

Leave a Reply