Ketika HIDUPKU terasa MEMENATKAN
Sore itu dengan wajah lesu Hogi bercerita, “Belakangan ini aku merasa sangat penat dengan hidupku. Aku merasa sudah berusaha sekuat tenaga untuk memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik, tetapi ibarat orang yang berusaha menangkap angin, semua terasa sia-sia. Dalam pekerjaan, ada saja hambatan yang membuat hasil kerjaku terasa tidak memuaskan. Dalam persahabatan, aku masih mengecewakan sahabatku. Dalam keluarga, impianku untuk membahagiakan orangtua kandas karena sebelum bisa mewujudkannya, papiku sudah dipanggil Tuhan.”
Untuk lebih memahami topik tentang: “Ketika HIDUPKU terasa MEMENATKAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 39:1-14. Sahabat, dalam Mazmur 39, Daud sangat bergumul soal kehidupan yang dijalaninya. Ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa atas pergumulannya (ayat 3a), penderitaannya semakin berat (ayat 3b), dan hatinya dipenuhi dengan gejolak kemarahan dan keluhan yang tak habis-habisnya (ayat 4). Ditambah lagi, orang fasik di sekelilingnya berusaha menjatuhkannya (ayat 2b dan 9b) dan ia mulai penat dengan kehidupannya (ayat 5-7, 12). Meski demikian, Daud tidak membuka mulutnya di hadapan orang fasik yang mencoba menjatuhkannya. Ia memilih diam, agar perkataan dan keluhannya tidak dijadikan senjata untuk menjatuhkannya.
Sahabat, Daud kelu, diam dan membisu. Terhadap orang fasik, ia diam seribu bahasa. Tetapi terhadap Tuhan, ia berbicara secara terbuka mengungkapkan isi hatinya kepada Allahnya (ayat 5-14) dan tetap berharap pada Tuhan (ayat 8). Meski Daud menyadari betapa fana hidupnya (ayat 5-7, 12-14), ia percaya Tuhan tidak akan tinggal diam melihat perkaranya (ayat 10).
Pergumulan hidup yang Sahabat alami saat ini mungkin terasa memenatkan. Seberapa pun beratnya pergumulan itu, seberapa pun banyaknya orang di sekitar kita yang berusaha menjatuhkan kita, marilah kita belajar seperti Daud, yang tetap berharap kepada Allah dan tidak hilang percaya kepada-Nya. Yakinlah, akan tiba waktunya Allah akan bertindak menolong hidup kita!
Sahabat, Tuhan tahu betul apa yang harus Dia lakukan. Dari sudut pandang manusia yang terbatas, mungkin kita mengira Dia sedang berpangku tangan saat apa yang telah kita usahakan dengan segenap hati tampaknya tidak membuahkan hasil apa-apa. Namun, sebenarnya Dia sedang dan senantiasa bekerja, dengan cara yang melampaui akal kita. Ketika hati kita melekat kepada Tuhan, memercayai-Nya sebagai Penguasa segala sesuatu dan sebagai Bapa yang punya rancangan damai sejahtera bagi anak-anak-Nya (Yeremia 29:11), kita akan selalu memiliki semangat dan kekuatan untuk melakukan yang terbaik, sekalipun situasi tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan kita.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa yang Sahabat pahami mengenai hidup manusia di dunia dari ayat 5-7?
- Apa yang Sahabat pahami mengenai keadaan Daud pada saat itu dari ayat 12?
- Apa yang Daud lakukan? (Ayat 5-14)
- Apa yang Daud harapkan dari Tuhan? (Ayat 13-14)
Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)