Merayakan Kesetiaan Allah
Mengapa kesetian Allah sangat penting dalam kehidupan ini?
Kesetiaan Allah memang benar. Itu sudah terbukti banyak kali. Alkitab sendiri mengungkapkan, Allah itu setia. Firman-Nya itu benar adanya bahwa Ia setia kepada umat-Nya (bdng. Ulangan 7:9; 2 Tesalonika 3:3; 1 Korintus 10:13).
Bacaan Alkitab kita dalam Mazmur 100:1-2 berkata, “Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!”
Sang pemazmur mengingatkan “seluruh bumi” (ayat 1) untuk datang ke hadapan Tuhan (bdng. Mazmur 5). Seluruh bumi juga diminta untuk “bersorak-sorak bagi Tuhan”. Mengapa demikian? Karena bangsa-bangsa harus mengenali siapakah Tuhan itu. Ia adalah Yahweh (Tuhan), yang oleh anugerah dan berkat Tuhan umat-Nya (kamu dan aku) ada.
Di sini, bangsa-bangsa juga diajak untuk menyanyikan pujian dan menyembah Tuhan (bdng. Yesaya 56:6-7). Ajakan ini merupakan sebuah undangan cuma-cuma.
Mazmur 100:3 berbunyi, “Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya”.
Kata imperatif “ketahuilah” menunjuk pada pengakuan (bndg. Ulangan 4:39; Yesaya 43:10). Bangsa-bangsa mengakui-Nya sebagai Tuhan perjanjian, hanya Allah yang benar. Di samping itu, bangsa-bangsa juga mengakui ketergantungan mereka pada Allah, yakni “Dialah yang menjadikan kita”.
Selanjutnya ayat 4 berkata, “Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!”
Ayat ini menekankan perbuatan penyembahan bersama. Orang-orang datang dengan ucapan syukur dan pujian. Ucapan syukur dan pujian harus berjalan seiring, karena Allah menyatakan diri-Nya baik dalam kesempurnaan dan perbuatan-Nya (bndg. Mazmur 139:1; Yeremiah 33:11).
Lebih jauh lagi ayat 5 berbunyi, “Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun”.
Tuhan itu baik, penuh kasih (bhs. Ibrani, hesed), dan kesetiaan (emunah). Inilah tiga elemen utama dalam ayat 5. Ia tetap setia kepada umat-Nya, sebab Ia telah berjanji untuk melakukannya kepada Saudara dan saya (Mazmur 25:8-10).
Tuhan itu setia dalam memenuhi janji-janji-Nya dan menunjukkan campur tangan-Nya dalam kehidupan ini. Marilah kita merayakan kesetiaan Allah dalam kehidupan kita masing-masing, supaya kita mengenali bahwa Ia tetap setia dan selalu bersama kita. (Petrus E. Handoyo/pg).
******