Tuhan BERKUASA Melaksanakan JANJI-NYA
Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Manusia mudah berjanji, tapi juga mudah untuk melupakan apa yang pernah dia janjikan. Orang bijak berkata, “Bukanlah janji dan ucapan yang penting, yang jauh lebih berharga adanya tindakan dalam menepati semuanya.”
Dalam masa Pandemi Covid – 19, kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan membayangi kita. Masih belum lengkap, ada satu lagi yang membayangi kita yaitu kebimbangan. Sesungguhnya kebimbangan merupakan musuh dari iman. Selama kebimbangan menguasai hati dan pikiran seseorang mustahil ia mempercayai janji Tuhan yang tertulis di Alkitab.
Apa saja yang seringkali mempengaruhi sikap dan reaksi kita terhadap janji Tuhan? Minimal ada 2 hal, yang pertama keadaan kita sendiri dan yang kedua keadaan sekitar kita. Ketika kita sedang menantikan janji Tuhan, kadang keadaan kita justru tidak semakin membaik, justru semakin memburuk. Akhirnya kita menjadi bimbang dan ragu akan kepastian janji Tuhan. Sementara kita melihat orang lain yang tidak hidup sungguh-sungguh di dalam Tuhan sepertinya lebih beruntung dan mendapatkan segala yang diinginkan. Dalam keadaan seperti ini tidak jarang kita kemudian mulai bertanya-tanya tentang janji Tuhan.
Hari ini saya ajak Saudara untuk belajar dari Abaraham. Sebenarnya kita bisa memahami ketika Abraham menjadi bimbang ketika Tuhan berkata, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, …” (Kejadian 12:2), dan “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. … Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (Kejadian 15:5). Ketika dia mendengar janji Tuhan tersebut usianya sudah lanjut, sudah berumur 75 tahun, dan istrinya (Sara) juga sudah menopause, yang secara ilmu kedokteran sudah mustahil untuk memiliki keturunan. Bagaimana respons Abraham ketika mendengar hal itu? “… percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kejadian 15:6). Bahkan Sara sempat tertawa ketika mendengar janji Tuhan tentang hal itu, tetapi pada akhirnya mereka melihat janji Tuhan tersebut digenapi. “Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.” (Kejadian 21:2).
Penantian yang dijalani Abraham bukanlah penantian yang singkat, namun butuh waktu yang cukup lama. Kita tahu bahwa menanti adalah pekerjaan yang sangat membosankan! Belum lagi kondisi fisiknya yang sudah menua dan melemah. Sesungguhnya Abraham punya alasan untuk berhenti berharap, namun ia tetap memegang teguh janji Tuhan dan percaya Tuhan sanggup melakukan segala perkara dan tidak ada rencana-Nya yang gagal (Ayub 42:2), termasuk dalam hal memberi keturunan, “Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?” (Kejadian 18:14a)
Ingatlah! Perjalanan iman Kristen adalah sebuah proses! Proses adalah berkenaan dengan waktu, butuh kesabaran, kesetiaan dan ketekunan. Proses ini bertujuan untuk melatih, menguatkan dan menguji iman kita. Orang percaya yang mampu melewati proses ini akan tampil sebagai pribadi yang berkualitas, mampu bertahan di tengah goncangan, tidak terombang-ambing oleh keadaan yang tidak menentu, membuat kita tetap fokus dalam menanti janji Tuhan, dan tetap memiliki keyakinan seperti Abraham bahwa, “…Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” (Roma 4:21). GBU & Fam. Better days are coming. (pg).