Tiara, Mengapa Kau Menangis?
Tiara termangu.
Dia berdiri di dekat pembaringan suaminya.
Ranjang di ruang ICU yang paling jauh dari meja para dokter dan suster.
Oleh Linda, Tantenya, dia dipeluk.
Dirangkul. Diusap kepalanya. Sambil berbisik, “Yang kuat ya Tiara!”
Baru saja dia melihat perjuangan para perawat untuk menyelamatkan David, suaminya dengan alat kejut jantung, ketika detak jantungnya berhenti. Tapi gagal.
David akhirnya meninggal dunia.
Sementara para perawat membereskan selang-selang monitor, ventilator, selang makanan, infus dan kateter yang masih melekat di tubuh David, Tiara diajak Linda melangkah menjauhi ranjang itu. Mengurus apa-apa yang perlu ditanda tangani dan diselesaikan guna proses keluarnya jenazah David.
Usai tanda tangan beberapa lembar kertas, jasad David sudah siap dibawa ke kamar jenazah.
*
Dalam perjalanan ke ruang jenazah itulah, memori Tiara membongkar ingatan masa lalu. David adalah cinta pertamanya sejak SMA. Dan mereka pun sepakat untuk kuliah di kota yang sama, Jakarta.
Betapa indahnya saat itu, bukan hanya menikmati kehangatan cinta tetapi juga bersama-sama melakukan kesepakatan-kesepakatan demi masa depan mereka bersama.
Meski mereka belum menikah, mereka belajar mengelola keuangan bersama.
Mengangsur rumah. Mencicil mobil. Semua untuk rencana berkeluarga.
Meski orangtua termasuk orang berada, mereka pengin tidak terlalu menganggu orangtua.
Tapi hidup memang tak bisa diduga. Tak lama dari pernikahan mereka di tahun 2007, tepatnya setelah bayi Sammy hadir di awal tahun 2009, David kepincut dengan perempuan lain. Kelak Tiara tahu nama perempuan itu, Nia! Akhirnya mereka minggat berdua. Kabarnya saat itu ke Kalimantan. Entah di kota apa.
Sedang Tiara mengisi hari-harinya tetap di sini dengan air mata. Dia rawat dan besarkan Sammy sendirian, tanpa kehadiran Papanya.
*
Tekanan hidup sungguh sangat besar bagi Tiara. Memang biaya hidup tak masalah bagi Tiara, karena ditolong oleh orangtuanya, tetapi tatapan mata teman-teman, tetangga, di mal bahkan juga di gereja kadang membuat dia risih di hari-hari itu. Seakan mereka berkata, “Kenapa lelaki loe sampai pergi?”
Bertahun-tahun dia menjalani hari-hari buruk. Yang entah tidak tahu berhentinya kapan….
Saat itulah dia berjumpa dengan seorang seorang guru spiritual yang baik. Yang banyak terjun melayani masyarakat marjinal.
Suatu saat guru, yang dia panggil Pak Tua itu berkata, “Tiara hidup itu sejatinya belum tentu sesuai yang kita pikirkan. Kalau ada orang sehat, banyak duit dan semuanya lancar itu katanya berhasil! Belum tentu!
Kalau ada orang sakit, miskin, menderita katanya hidupnya gagal! Belum tentu!
Kalau ada orang kaya, hidupnya mewah katanya diberkati Tuhan! Belum tentu!
Kalau ada orang yang terkena musibah, sengsara tiada henti katanya dilaknat Tuhan! Juga belum tentu!
Di dunia ini hanya sebagian dari perjalanan. Belum selesai.
Keberhasilan atau kegagagalan hidup orang, baru kelihatan jelas ketika masuk dalam alam kekekalan.
Jusru itu dalam kefanaan dunia ini, jangan buru-buru berpikir bahwa orang yang selamanya pendosa akan jadi pendosa terus. Yang selama ini hidup benar, akan seterusnya dia menjauhi kejahatan! Semuanya itu belum tentu.
Jadi yakinlah Tiara atas hidupmu. Jangan berpikir kamu sedang kena murka Allah sehingga kamu menjalaninya dengan berat.
Kamu memang menderita ditinggal suami, tapi ini bukan akhir segalanya. Di depan kita semua belum tahu!”
“Sepertinya ini Tiara!” ujar Linda membuyarkan lamunan Tiara.
Tangan Linda menunjuk kamar jenazah.
Di sana sudah hadir beberapa saudara Tiara.
Baik saudara kandung dan saudara sepupu.
Sementara kakak paling besar dari Tiara, yang banyak mengatur semua.
Dengan handphone-nya dia menghubungi pelayanan jasa kematian yang akan menolong proses kedukaan.
Dia juga menghubungi pihak gereja.
*
Sementara menanti kedatangan mobil jenazah yang akan membawa tubuh David ke rumah duka, Tiara termangu kembali.
Merenungi kehidupannya.
Apakah karena dia flegmatik dan David kholerik, sehingga bisa terjadi pernikahan seperti ini?
Dia nrimo saja atas apa yang dilakukan David kepadanya.
Ataukah karena terlampau besarnya cinta Tiara kepada David? Ah, nggak tahulah.
Tapi memang ternyata cinta itu buta. Atau bahkan cinta itu bodoh?
Tiara mengingat, ketika suatu pagi di tahun 2019 kemarin, David pulang.
Tepatnya dipulangkan oleh Nia.
Tiara ketemu Nia.
Entah kenapa Tiara tak ada dorongan marah atau memaki, saat Nia berkata, “Kak mohon maaf. Ini Pak David minta pulang! Badannya memang kurang sehat.
Di tas ini, ada semua rekaman semua pemeriksaannya dan obat-obatnya!”
Setelah Nia balik, dia bingung mau ngomong dan bersikap bagaimana kepada David.
Sudah sepuluh tahun berpisah, tanpa kabar sama sekali.
Wajah David kurus sekali. Dan sangat tampak tidak sehat.
Dia buka tas dan baca dokumen-dokumen yang ada. Hasil laborat, rontgen juga obat-obat yang ada dibaca dengan teliti. Ternyata sakit David sudah parah.
Gula darahnya menjadi masalah pertama dan utama, lalu merembet ke ginjal, jantung dan paru. Esok harinya dia langsung membawa David ke rumah sakit.
(Sammy bingung Mamanya pergi dengan siapa)
Dan sejak hari itulah, David dirawat dengan intensif di rumah sakit. Diinfus!
Pun sempat beberapa kali cuci darah.
Yang mengejutkan, Tiara mau dan sempat beberapa kali memberi makan David.
Sayang, seminggu terakhir kondisi David menurun sehingga harus masuk ICU.
Dan hari ini dia berpulang. Hampir satu bulan dia dirawat di rumah sakit.
Tak terasa air bening menetes dari kedua sudut mata Tiara.
Dalam hati, dia berkata, “Ya Tuhan kenapa Engkau hanya memberi aku kesempatan sebentar bersama David?”
Benarlah yang menyatakan bahwa cinta sejati itu menutupi segala sesuatu.
Menutupi kesalahan. Air mata Tiara kian deras.
Dia mengambil tisu dan mengelapnya.
Linda berkata kepadanya, “Tiara, mengapa kau menangis?
David bertahun-tahun membuat derita panjangmu bersama Sammy!”
Tiara menjawab di tengah isak tangisnya, “Karena David tetap suamiku Tante!
Seburuk-buruknya dia, David merupakan belahan jiwaku dan Papa dari Sammy!”
Mobil jenazah datang.
Air mata Tiara kian deras.
Semarang, 20 Agustus 2020
Setio Boedi