Kesaksian
Perkenalkan nama saya Debora Maria Wijayanti. Anak-anak Panti Asuhan Christopherus (PA Chp), ada memanggil saya Bu Maria, ada yang panggil Mami, dan ada yang panggil Bunda. Saya ingin berbagi cerita selama saya melayani di PA Chp.
Saya senang memasak, menjahit dan pekerjaan tangan lainnya, selain itu latar belakang saya adalah seorang pendidik, dan saya pernah jadi guru SD di satu sekolah swasta. Pada tahun 2012, saya pernah berdoa kepada Tuhan, “Saya ingin melayani Tuhan dalam sisa hidup saya sesuai dengan talenta yang Tuhan berikan.”.
Ketika pertama kali saya ada di PA Chp, sepertinya saya sedang bermimpi, tidak percaya. Saya bertanya kepada Tuhan, “Tuhan saya kok bisa ada di tempat ini?”.
Saya mendengar Tuhan berbisik, “Inilah jawaban doamu dan di sinilah tempatmu melayani Aku”. Saya terkejut dan jadi teringat apa yang pernah saya minta kepada Tuhan.
Sebetulnya saya sudah lama ikut melayani di Christopherus melalui Departemen Persekutuan Biji Sesawi (PBS) dari sekitar tahun 1998 sampai sekarang, tapi baru pada tanggal 1 Juni 2014, Tuhan bawa saya untuk tinggal 24 jam bersama anak-anak PA Chp. Tidak mudah bagi saya untuk melayani di PA Chp, karena saya terlebih dulu harus memberi pengertian kepada anak saya (anak tunggal) dan mengingat usia saya yang sudah tidak lagi muda, saat ini sudah memasuki usia 60 tahun.
Banyak suka duka yang saya rasakan selama melayani dan tinggal bersama anak-anak PA Chp. Membimbing anak-anak secara jasmani setiap hari untuk melakukan tugas belajar, mengajarkan anak-anak untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab dengan piket kebersihan dan lain-lain. Juga membimbing anak-anak secara kerohanian setiap malam menjelang tidur dengan renungan Firman Tuhan. Selain itu setiap hari Jumat sore ada persekutuan dengan hamba Tuhan. Setiap hari saya ke pasar berbelanja, kemudian memasak dengan dibantu oleh teman-teman sepelayanan, layaknya memiliki keluarga besar, sebagai sosok ibu yang melakukan tugas sehari-hari.
Pengalaman yang tak terlupakan yaitu waktu pertama kali yang saya memandikan anak-anak TK sekaligus 3 orang anak dalam satu kamar mandi. Dimandikan bergantian, demikian pula gosok giginya. Hal tersebut saya lakukan karena sekolah mereka pagi hari, agar tidak telambat.
Suatu ketika terjadi hal yang tak terduga, terjadinya menjelang fajar menyingsing sekitar pukul 00.30. Semua anak masih tertidur lelap dan saya kalau malam sering terbangun. Pada waktu itu saya di kamar mendengar suara pintu dipukul-pukul dan suara sayup minta tolong. Kemudian saya buka pintu kamar dan mencari arah suara tersebut, ternyata dari kamar mandi. Antara kamar mandi dan kamar saya letaknya berjauhan. Setelah saya ketuk-ketuk pintunya dari luar dan saya tanya siapa yang di dalam, ternyata anak dari Papua yang bernama Prince, dia terkunci dari dalam sudah lama dan tidak bisa keluar. Saya panggil Ayu yang malam itu tidur di panti, akhirnya dengan terpaksa pintu dibuka, dan keluarlah Prince, si hitam manis dengan ketakutan dan bekeringat. Kami berdua merasa kasihan dan geli melihat Prince. Kenapa harus dikunci malam-malam, kan tidak ada orang lain.
Saya juga sering membuat kue donat dan anak-anak suka sekali. Pernah sekali ada anak kami yang ulang tahun, saya buatkan kue ulang tahun dari donat yang ditumpuk dan dihiasi dengan buah strawberry. Mereka senang menggoreng sendiri dan menghiasi sesuai selera masing-masing. Melihat anak-anak seperti itu, saya merasa senang karena dapat berbagi dengan mereka.
Sering juga anak-anak bandel, tidak melakukan tugasnya dengan baik dan semaunya sendiri , membuat hati saya sedih. Kerinduan saya, supaya anak-anak PA Chp tidak usah rendah diri dan malu, tetapi pakailah kesempatan yang Tuhan berikan, waktu yang disedia oleh Tuhan jangan disia-siakan untuk meraih masa depan. Saya merasa bangga, nyatanya tahun ini ada anak PA Chp yang bernama Karenina, mendapat penghargaan dengan meraih nilai UNBK tertinggi, jurusan IPS. (pg/sb)
Catatan:
Kesaksian ini disampaikan dalam perayaan HUT ke-40 Panti Asuhan Christopherus yang telah diselenggarakan pada tanggal 21 Juni 2019.
